Sunday, September 1, 2013
Informasi dari Garrick Wirawan
March 29, 2011 at 9:35am
March 29, 2011 at 9:35am
Mengoreksi Pendeta Rasialis Pro Israel:
Israel Sumber Iman atau Kejahatan?
Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha
Adil dalam segala ketentuan, peraturan dan takdir-Nya. Dengan keadilan
yang mutlak, Dia tidak akan menilai dan memandang umat manusia
berdasarkan penampilan lahiriah, melainkan berdasarkan ketakwaan dan
amal shalih masing-masing hamba-Nya. Al-Qur'an menyatakan bahwa orang
yang paling mulia di sisi-Nya adalah orang yang paling bertakwa:
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu
(Qs. Al-Hujurat 13).
Belakangan, jagat teologi diramaikan
dengan munculnya para pendeta dan penginjil pro-Israel yang menjajakan
teologi rasialis. Berbagai buku dan brosur mereka sebarkan secara gratis
untuk menanamkan teologi pro-Israel dan anti-Arab, di antaranya:
“Siapakah Yang Bernama Allah itu?” (27 halaman), “Kristus dan Kristen
dalam Al-Qur’an” (76 halaman), “Yesus Bukan Allah Tetapi Eloim” (69
halaman), brosur “Iman Taat kepada Shiraathal Mustaqiim” (6 halaman),
brosur “Stop!! Siapakah yang bernama Allah itu?” (6 halaman), majalah Midrash Talmiddim edisi 3, dll.
Kesimpulan semua buku tersebut seperti
koor yang mengajarkan fanatisme rasial kepada Israel dan kebencian
teologis terhadap segala yang berbau Arab. Ide yang menonjol adalah
mengganti seluruh istilah dari bahasa Arab dalam teologi Kristen, dengan
istilah-istilah Israel (bahasa Ibrani). Misalnya: mengganti kata
“Allah” dengan “Yahweh,” kata “Tuhan” diganti dengan “Adonai,” “Yesus
Kristus” diganti dengan “Yeshua Hamasiah,” dll. Kristen Israel ini keukeuh dengan dalih bahwa Israel adalah rujukan iman Kristen.
Soal ide membuang seluruh istilah Arab
dari kekristenan, kita tidak perlu ikut campur. Silahkan mereka
berpolemik internal dengan lembaga resmi Katolik dan Protestan untuk
merombak seluruh istilah yang sudah telanjur mereka pakai. Silakan
mengganti nama kitab suci “Alkitab” atau “Bible” dengan istilah Ibrani.
Ganti saja semua nama-nama surat dalam Bibel: Hakim-hakim, Pengkhotbah,
Kisah Para Rasul, Kitab Wahyu, dll karena semuanya istilah Arab.
Silahkan merombak seluruh istilah Arab dalam ribuan ayat, misalnya:
silsilah, nabi, rasul, kudus, ilah, dll. Jangan lupa, nama agama
“Kristen” juga harus diganti, karena ini bukan bahasa Ibrani, tapi
istilah Yunani.
Untuk menopang teologi rasialisnya,
mereka mengutip ayat-ayat Bibel dengan gaya “semau gue” secara parsial.
Pada halaman 1 misalnya, mereka mengutip kitab Kejadian 17:18-19, lalu
menyimpulkan bahwa Tuhan tidak memperkenankan leluhur bangsa Arab, yaitu
Nabi Ismail untuk hidup di hadapan-Nya. Ayat yang ditampilkan adalah
sbb:
“Dan Abraham berkata kepada Tuhan:
"Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!" Tetapi Allah
berfirman: "Tidak.” (Kej. 17:18-19).”
Kutipan tak utuh ini memberikan
pengertian seolah-olah Ismail tidak diperkenankan hidup di hadapan
Tuhan, yaitu ketika Nabi Ibrahim (Abraham) memohon kepada Tuhan agar
Ismail anaknya diperkenankan hidup di hadapan Tuhan, permohonan itu
ditolak mentah-mentah dengan satu kata “Tidak!”
Kesimpulan bahwa Nabi Ismail adalah nabi
yang tidak diberkati Tuhan ini ditonjolkan untuk menanamkan sikap
kebencian anti Arab, karena Ismail adalah leluhur bangsa Arab, termasuk
Nabi Muhammad SAW.
Benarkah tuduhan pendeta rasialis itu, mari kita baca ayat selengkapnya satu perikop:
“Kemudian Allah berkata kepada Abraham,
"Engkau jangan lagi memanggil istrimu Sarai; mulai sekarang namanya
Sara. Aku akan memberkatinya dan ia akan melahirkan seorang anak
laki-laki yang akan Kuberikan kepadamu. Ya, Aku akan memberkati Sara,
dan ia akan menjadi ibu leluhur bangsa-bangsa. Di antara keturunannya
akan ada raja-raja." Lalu sujudlah Abraham, tetapi ia tertawa ketika
berpikir, “Mana mungkin seorang laki-laki yang sudah berumur
seratus tahun mendapat anak? Mana mungkin Sara melahirkan pada usia
sembilan puluh tahun?” Lalu berkatalah ia kepada Allah, “Sebaiknya Ismael saja yang menjadi ahli waris saya.” Tetapi Allah berkata, “Tidak. Sara istrimu akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakannya Ishak...” (Kejadian 17:15-19, Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari).
Dengan membaca ayat secara utuh,
jelaslah maksud ayat yang sesungguhnya adalah kisah tentang Nabi Ibrahim
yang merasa ragu usianya (100 tahun) dan usia istrinya (90 tahun) untuk
bisa melahirkan seorang bayi. Maka Ibrahim sudah merasa cukup dengan
anak tunggal dari istri keduanya, Hagar, sebagai pewarisnya. Tuhan
menjawabnya pernyataan optimis bahwa Ibrahim akan dikaruniai anak yang
kedua, Ishak sebagai ahli warisnya juga di samping Ismail.
Pengertian ini sinkron dengan Alkitab tahun 1941: “Maka
sembah Ibrahim kepada Allah: Ya Tuhan, biar apalah Ismail sahaja hidup
di hadapan-Mu Maka firman Allah: Bahwa sesungguhnya Sarah, istrimu itu
beranak kelak bagimu laki-laki seorang; hendaklah engkau namai akan dia
Ishak.”
Ajaran rasialis pendeta ini kontradiktif
dengan ayat Bibel yang menyatakan Tuhan tidak menilai dan
membeda-bedakan orang berdasarkan jasad lahiriah, suku bangsa dan status
sosial, kecuali menurut ketakwaan dan amal shalih:
“Sesungguhnya aku telah mengerti,
bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun
yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya”
(Kisah Para Rasul 10:34-35).
Bila Tuhan menilai seseorang berdasarkan
amal perbuatannya, maka siapapun yang bersalah akan menerima hukuman
atas kesalahannya, tak peduli dari bangsa apa dia. Keputusan dan
keadilan Tuhan tidak bisa disuap dengan ras Israel.
“Barangsiapa berbuat kesalahan, ia akan menanggung kesalahannya itu, karena Tuhan tidak memandang orang” (Kolose 3:25).
“Sebab Tuhan, Allah-mulah Allah
segala ilah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat,
yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap” (Ulangan 10:17).
Bila para Kristen rasialis itu tetap
memaksakan kitab Kejadian sebagai legitimasi untuk mengklaim Nabi Ismail
dan bangsa Arab keturunannya sebagai umat yang tidak diperkenankan
hidup di hadapan Tuhan, maka ayat-ayat Bibel di atas harus disensor.
....Tudingan Kristen Israel bahwa Nabi Ismail dan keturunannya (bangsa Arab) sebagai bangsa yang tidak diberkati Tuhan, sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan....
Tudingan Kristen Israel bahwa Nabi
Ismail dan keturunannya (bangsa Arab) sebagai bangsa yang tidak
diberkati Tuhan, sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan. Bibel
sendiri membantahnya dengan fakta-fakta sbb:
1. Allah menurunkan berkat-Nya kepada keturunan Ibrahim dari istrinya, Hagar:
“Allah berfirman: “Tentang Ismael,
Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak
cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku
akan membuatnya menjadi bangsa yang besar” (Kejadian 17:20).
2. Tuhan berkenan menerima domba pengorbanan yang dipersembahkan oleh Kedar dan Nebayot.
“Segala kambing domba Kedar akan
berhimpun kepadamu, domba-domba jantan Nebayot akan tersedia untuk
ibadahmu; semuanya akan dipersembahkan di atas mezbah-Ku sebagai korban
yang berkenan pada-Ku, dan Aku akan menyemarakkan rumah keagungan-Ku” (Yesaya 60:7).
Padahal Kedar dan Nebayot itu menurut Bibel adalah anak kandung Nabi Ismail: “Abraham
mempunyai dua anak laki-laki, yaitu Ishak dan Ismael. Inilah anak-anak
Ismael: Nebayot, yang sulung, lalu Kedar, Adbeel, Mibsam” (I Tawarikh 1:28-29).
Jika Tuhan tidak memperkenankan Nabi
Ismail dan seluruh keturunannya hidup di hadapan-Nya, mengapa Tuhan
menerima pengorbanan domba putra kandung Nabi Ismail? Karena Tuhan
berkenan menerima korban persembahan anak kandung Ismail, berarti Tuhan
berkenan memberikan berkah-Nya kepada keturunan Nabi Ismail.
Jelaslah bahwa semua bangsa layak
diberkati Tuhan jika beriman dan bertakwa kepada-Nya. Justru, yang tidak
diperkenankan hidup di hadapan Tuhan adalah teologi rasialis Kristen
Israel itu!!
ISRAEL SUMBER IMAN ATAU INSPIRATOR KEJAHATAN?
Para pendeta Kristen rasialis ingin
berkiblat 100 persen kepada Israel, dengan satu apologi bahwa rujukan
iman Kristen bukan dari Arab, tapi dari Israel.
“…Sebab nara sumber iman Nasrani
bukan dari orang Timur Tengah Arab, tetapi dari orang Israel. Mzm
147:19-20, Yes 2:3, Rm 3:1-2.” (Siapakah Yang Bernama Allah itu, hlm. 15).
....Para pendeta rasialis ingin berkiblat 100 persen kepada Israel, dengan satu apologi bahwa rujukan iman Kristen adalah Israel. Keyakinan ini tidak sesuai dengan fakta-fakta Alkitabiah....
Keyakinan ini harus ditinjau ulang
karena tidak sesuai dengan fakta-fakta Alkitabiah. Dalam Bibel, Nabi
Musa menjuluki orang-orang Israel sebagai “orang degil” dan “tegar
tengkuk” terhadap Tuhan (Ulangan 31: 27) dan “penentang Tuhan” (Ulangan
9: 24). Mikha menyebut bani Israel sebagai “orang yang muak terhadap
keadilan dan yang membengkokkan segala yang lurus,” karena para
kepalanya memutuskan hukum karena suap, dan para imamnya memberi
pengajaran karena bayaran, para nabinya menenung karena uang (Mikha 3:
9-11).
Dalam Perjanjian Baru, Yesus yang
notabene diutus Tuhan khusus untuk bani Israel (Matius 10: 5-6), dan
sering menunjukkan mukjizat kepada kaumnya, ternyata ditolak
mentah-mentah. Bahkan sebagai balas budinya, mereka melakukan
penganiayaan dan kekejian terhadap Yesus. Berbagai ayat Bibel
mengisahkan Yesus dikhianati, ditangkap, disiksa, dicambuk,
ditelanjangi, diludahi, disesah, diarak, dan disalib dengan cara keji
sampai mati dengan tragisnya.
Tak heran jika Yesus mencerca mereka dengan panggilan “Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak!” (Matius 23:33) dan “angkatan yang jahat” (Matius 12:39).
Itulah tipologi bangsa yang menjadi rujukan iman para pendeta Kristen Israel.
Labels:Informasi,Menjawab Fitnah
Garrick Wirawan
Blog ini bukan untuk berdebat, tapi blog ini adalah dokumentasi bantahan atas fitnah-fitnah salibis terhadap ISLAM yang Di dokumentasi dari berbagai sumber
Facebook Garrick
Labels
- Hot News (11)
- Informasi (107)
- Kisah Mualaf (32)
- Menjawab Fitnah (46)
Online
Online