Saturday, September 14, 2013
Informasi dari Garrick Wirawan

Budaya diam dosa terpendam

Diam bisa berarti emas. Namun bungkam versi Vatikan dalam kasus pelecehan seksual oleh para pastor terhadap anak altar sungguh menyebalkan.
Saking sebalnya, monsignor Charles Scicluna menyamakan diamnya pihak gereja terhadap gelombang pelecehan seksual di wilayah mereka seperti omerta, budaya diam ala mafia Italia. Ini merupakan tuduhan serius. “Ajaran agama…kebenaran itu berdasarkan keadilan menjelaskan kenapa budaya diam atau omerta itu salah dan tidak adil,” katanya saat menyampaikan sambutan dalam simposium di Ibu Kota Roma, seperti dilansir kantor berita Reuters Februari tahun lalu.

Simposium empat hari itu berlangsung di the Jesuit Pontifical Gregorian University, Ibu Kota Roma, Italia. Pertemuan untuk pertama kali ini membahas cara menangani gelombang pelecehan seksual di gereja-gereja Katolik di Eropa dan Amerika Serikat satu dekade terakhir. Sekitar 200 orang hadir meliputi uskup, pemimpin ordo, korban, dan ahli kejiwaan.


Pemimpin Takhta Suci Vatikan Paus Benediktus XVI telah menunjuk Scicluna dari departemen doktrin Vatikan untuk menangani aib ini. Menurut Scicluna, strategi mencegah pelecehan terjadi lagi tidak bakal berhasil tanpa komitmen dan keterbukaan. Dia dan sejumlah pejabat Vatikan yang hadir berpesan para pemimpin gereja harus bekerja sama dengan aparat keamanan setempat buat mengatasi kasus-kasus pedofilia.

Skandal seks ini menjadi alasan bagi para penganut Katolik menjadi murtad di sejumlah negara Eropa, termasuk Jerman, tanah kelahiran Paus Benediktus XVI. Noda ini juga telah menghancurkan kebanggaan moral gereja di negara-negara mayoritas Katolik, seperti Irlandia.
Sebuah asosiasi korban pelecehan seksual pastor konferensi monumental itu sekadar membersihkan coreng di wajah vatikan. mereka mendesak pemimpin umat katolik sejagat menyerahkan dokumen pelecehan seksual itu kepada Mahkamah Kejahatan Internasional di Den Haag, Belanda. “Setelah bertahun-tahun berjanji, menggelar pertemuan-pertemuan dan pelbagai permintaan maaf kosong, Vatikan tidak mampu melakukan tindakan paling mudah, murah, dan paling dikenal anak-anak: mengumumkan kepada masyarakat soal dokumen rahasia kasus pelecehan itu,” ujar Joelle Casteix dari Jaringan Korban Pelecehan pastor (SNAP).

Korban pelecehan seksual asal irlandia, Marie Collins, panduan mengatasi kasus pedofilia ini perlu memasukkan hukuman buat uskup yang tidak mau menerapkan hal itu. Tanpa sanksi, kasus mencuat mudah menguap dan diselesaikan di bawah karpet. Alhasil, pastor-pastor pedofil kian ganas.
Irlandia termasuk salah satu negara memiliki kasus pedofilia gereja terparah. Skandal ini meretakkan hubungan negara ini dengan Vatikan.
Vatikan pada Juli 2011 menarik duta besarnya dari Irlandia setelah Perdana Menteri Enda kenny menuding Vatikan menghalangi penyelidikan kasus pelecehan seksual oleh para pastor. Empat bulan kemudian, Irlandia membalas dengan menutup kedutaan besar mereka di Vatikan.
lakon-haram-di-rumah-gembala-tuhan-noda-di-takhta-suci
Pemimpin Takhta Suci Vatikan Paus Benediktus XVI

Lakon haram gembala Tuhan

Kevin Zile asal Forestville, Kota Bristol, Amerika Serikat, masih ingat betul pengalaman pahit 37 tahun lalu. Saat itu, dia masih berusia 12 tahun bersekolah di St. Matthews Church.
Dia biasa membantu menyiapkan makan di rumah pastor Thomas Glynn. “Dia karismatik, ramah, dan semua orang ingin dekat dengan dia,” kenang Zile, seperti dilansir surat kabar Connecticut Post, Agustus 2003. “Dia tahu orang-orang penting dan memiliki foto bersama Presiden Kennedy (John Fitzgerald Kennedy) di dinding rumahnya.” Pastor Glynn sangat suka pesta dan dia kerap menggelar kesenangan di rumahnya.
Suatu sore, situasi rumah pastor Glynn sangat sepi. Tuan rumah lantas meminta Zile naik ke kamar tidur lantai dua. “Dia sedang berbaring cuma mengenakan celana dalam,” ujar Zile. Dia lantas diberi minum koktail dan pingsan. Setelah sadar, pastor Glynn mengatakan Zile telah disodomi.
Zile awalnya tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Dia cuma ingat melempar celana dalamnya ke bak sampah, lalu pulang jalan lebih dari 2,5 kilometer. Setiba di rumah, dia tidak menceritakan kejadian itu kepada orang tua.
Malahan, Zile kian akrab dengan Glynn. “Saya berusaha mendapatkan cinta dari pastor Glynn yang tidak saya peroleh dari ayah saya.” Glynn kerap merayu dengan memuji betapa istimewanya Zile.
Selama masa kecilnya, Zile mengungkapkan ayahnya cuma sekali mengajak dia makan malam di luar. itu pun cuma di restoran cepat saji McDonalds terdekat. Sedangkan Glynn pernah mengajak dia ke Kota New York dan makan di rumah makan mewah. “Dia membuat saya merasa istimewa,” ujar Zile.
Pada 1968, Glynn dipindah ke Gereja Trinitas Suci, Wallingford. Zile mengunjungi kekasih haramnya itu saban akhir pekan. Setahun kemjudian, orang tuanya mengizinkan dia menginap di kediaman Glynn selama libur musim panas. Sodomi pun menjadi rutinitas buat keduanya. Hingga Glynn dipindah ke Gereja St. Claire, East heaven, Zile setia melawat.
Pada libur musim panas 1971, Glynn mengajak Zile ke pemondokan dua lantai miliknya di sebuah pantai di East Heaven. Keduanya akan mempersiapkan pesta. “Saya harus tidur di kamar Glynn dan dia menyodomi saya saban kali semua orang sudah pergi tidur,” tutur Zile.
Glynn sering megajak Zile bersenang-senang ke sebuah klub malam di New York. Dia membelikan Zile minuman beralkohol dan memaksa dia menenggak hingga mabuk. Semua berakhir dengan sodomi oleh Glynn dan rekan-rekannya hingga Zile pingsan. perbuatan kaum Nabi Luth itu dilakoni di mobil atau hotel. Pelecehan seksual itu dia peroleh hingga tamat SMP. “Saya menjadi pecandu alkohol, minum dan mengkonsumsi obat terlarang saban hari, namun semua itu malah membantu saya melupakan kenangan pahit itu.”
Sampai satu hari Glynn menelepon. Zile mengancam akan membunuh pastor bejat itu kalau berani mendatangi dirinya. Zile lantas mengadu kepada orang tua. Sang ayah tidak percaya. Untungnya ibunya percaya dengan pengalaman pahit puyranya itu selama bertahun-tahun. mereka lantas mengadu ke kekuskupan agung. Tapi tidak ada tindak lanjut hingga pastor berlumur dosa itu menemui ajal.
harta-nista-takhta-suci-noda-di-takhta-suci
Pemimpin Takhta Suci Paus Benediktus XVI.

Harta nista Takhta Suci

Para pelancong sudah menyusuri Ibu Kota London, Inggris, barangkali tidak pernah mengira siapa pemilik Bulgari, toko permata mewah di New Bond Street. Mereka juga mungkin tidak mengira Bank Altium Capital di pojokan Lapangan St. James dan dekat Pall Mall memiliki hubungan dengan kepausan.
Rupanya memang begitu kenyataannya. Blok-blok perkantoran di salah satu kawasan termahal di London itu benar-benar kepunyaan Takhta Suci Vatikan.
Gereja Katolik Roma bertahun-tahun membangun kerajaan investasi mereka di luar negeri dengan uang haram sogokan dari rezim Benito Mussolini sejak 1929. Ini sebagai balasan atas pengakuan Vatikan terhadap penguasa fasis dan otoritarian ini. Harta kotor Vatikan itu kini nilainya setara 500 juta pound sterling atau sekitar Rp 7,7 triliun, seperti dilansir surat kabar the Guardian Senin pekan lalu.
Pada 2006, Vatikan menggelontorkan Rp 229,6 miliar buat membeli tanah berikut bangunan di kawasan Lapangan St.James. Takhta Suci juga memborong aset lainnya di New Bond Street nomor 168 dan di Kota Conventry. Mereka juga memiliki aparatmene-apartemen mewah di Ibu Kota Paris, Prancis, dan Swiss.
Paling mengagetkan bagi sebagian orang adalah begitu lamanya Vatikan menerima aliran dana haram dari Musolini. Bangunan perkantoran di St. James 30 mereka beli lewat perusahaan bernama British Grolux Investments Ltd, juga memiliki aset lain di Negeri Tinga Singa itu. Perusahaan ini resmi terdaftar. Namun tidak disebutkan siapa pemilik sebenarnya, apalagi sampai muncul nama Vatikan.
Yang terang-terangan tertulis pemegang saham perusahaan itu adalah dua bankir Katolik tersohor, yakni Direktur Utama Barclays Bank John Valley dan Robin Herbert, berkas bos bank dagang the Leopold Joseph. Permintaan konfirmasi oleh Guardian kepada dua pejbata ini tidak mendapat jawaban.
Sekretaris perusahaan John Jenkins juga menyangkal perusahaan ini milik Vatikan. Menurut dia, British Grolux Investments Ltd. milik serikat usaha. Tapi dia menolak menjelaskan lebih lanjut dengan alasan rahasia. “Saya tidak berwenang untuk memberikan informasi oleh klien saya,” ujarnya.
Arsip sejarah menyebutkan British Grolux Investments Ltd. terbentuk pada 1999 dan merupakan gabungan dari dua perusahaan: British Grolux Ltd dan Cheylesmore Estates. Pemilik saham dari dua perusahaan ini beralamat di Bank JP Morgan, Kota New York, Amerika Serikat. Tapi kewenangan sepenuhnya dijalankan oleh perusahaan asal Swiss, Profima SA.
Pihak Arsip Nasional Inggris membenarkan Profima SA adalah perusahaan induk milik Vatikan di saat perang Dunia Kedua menangani semua kegiatan bertentangan dengan kepentingan sekutu. Dokumen-dokumen pejabat Kementerian Ekonomi Perang Inggris waktu menyebutkan mereka mengecam Menteri Keuangan Vatikan Bernardino Nogara lantaran mengontrol investasi bernilai lebih dari 50 juta pound sterling atau sekitar Rp 766,3 miliar, fulus sogokan Musolini.
Inggris berhasil menyadap kabel rahasia berisi kontak antara Nogara dan orang kepercayaannya di jenewa, Swiss pada 1945. Mereka membahas mengenai kemungkinan Profima SA dilarang beroperasi lantaran mengelola duit dari Musolini. Nogara ingin memindahkan saham dua perusahaan properti Prancis milik Vatikan ke perusahaan Swiss agar terhindar dari daftar hoitam keluaran pemerintah Prancis.
Pada 1943, Inggris menuding Nogara melakukan bisnis kotor karena berusaha mengalihkan saham bank Italia ke Profima SA sebagai pemutihan. Ini digambarkan sebagai manipulasi keuangan Vatikan.
Fulus sogokan dari Mussolini benar-benar mengangkat martabat Vatikan. “Kepausan sekarang sejahtera secara keuangan. Vatikan tidak akan pernah miskin lagi,” tulis sejarawan John Pollard dalam buku Money and the Rise of the Modern Papacy.
Saat ini, urusan keuangan Vatikan dipegang oleh Paolo Mennini. Dia mengelapai sebuah lembaga luar biasa disebut APSA. Laporan Dewan Eropa tahun lalu menyebutkan aset dikelola oleh APSA bernilai Rp 8,7 triliun.
Menyusul terungkapnya skandal pedofilia seorang pastor, yang menutupi pekan paling suci dalam kalender umat Kristiani, sang paus membahas mengenai tanggung jawab khusus seorang pendeta terhadap masyarakat dalam doa Paskah yang diucapkan pada hari Senin.
Di hadapan tarusan orang jemaat di Castel Gandolfo, dekat Roma, Benediktus mengatakan: “Kehadiran dan kasih (Kristus) menyertai gereja dan memberikan dukungan pada masa-masa sulit.”
“Para pendeta, pelayan Kristus, memiliki tanggung jawab yang spesial,” kata Paus berusia 82 tahun tersebut, terlihat tenang dan menyuggingkan senyum. Ia menambahkan bahwa mereka (para pendeta) seharusnya menjadi “penyampai pesan kemenangan atas kejahatan dan kematian.”

Banyak jemaat yang berkerumun melambaikan spanduk berisi dukungan.
Namun, Benediktus tetap tidak membahas skandal pelecehan yang bahkan sudah menyangkut dirinya. Benediktus dituding melindungi sang pastor “predator” ketika ia masih menjadi Uskup Agung Munich.
Skandal pedofilia besar-besaran juga mengguncang gereja-gereja Irlandia, Austria, Swiss, Jerman, dan AS dalam beberapa hari terakhir.
Vatikan memilih menyalahkan media karena semakin membakar isu pasca terungkapnya skandal pedofilia tersebut.

Para uskup agung turut mendampungi paus dalam khotbah Paskah hari Minggu. Dekan Akademi Kardinal, Angelo Sodano, tidak seperti biasanya mengatakan: “Para pelayan Tuhan mendukung Anda” dan akan mengabaikan “ocehan tidak jelas.”
Pada hari Jumat, para korban perlakuan menyimpang para pendeta Katolik, bersama dengan sejumlah kelompok Yahudi, mengecam ucapan pengkhotbah pribadi Paus yang membandingkan kritikan terhadap dirinya dengan anti-Semitisme.

Kelompok korban yang berbasis di AS, Snap, mengatakan bahwa komentar Bapa Raniero Cantalamessa, pengkhotbah pribadi Paus Benediktus, merupakan ucapan yang “salah secara moral.”
Namun, para pakar mengatakan bahwa pendekatan Vatikan tersebut merupakan pertanda kelemahan. Mereka menambahkan bahwa Gereja harus bertanggung jawab atas skandal tersebut dan segera berbenah.
“Paus dan Gereja harus meninggalkan tempat persembunyian dan mempersiapkaan mental untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan dalam krisis ini,” kata Giancarlo Zizola, seorang pengamat Vatikan di surat kabar La Republica, kepada kantor berita AFP.

Bukannya menyalahkan media dan pihak-pihak lain yang mengecam Gereja, seperti yang dilakukan Kardinal Sodano pada hari Minggu, “Gereja mestinya menyadari peranannya,” tambah Zizzola.
Seorang pakar Vatikan lainnya, Bruno Bartoloni, mengatakan bahwa komentar Cantalamessa mengenai anti-Semitisme pada hari Jumat Agung “memberikan kesan bahwa Vatikan telah sedikit kehilangan arah.”
Kritikan terhadap cara Vatikan menangani skandal tersebut terus berlanjut, presiden parlemen sosialis Spanyol, Jose Bono, menuding Vatikan memberikan respon yang “ceroboh.”
“Para petinggi Gereja telah bertindak sembrono dengan tidak mengatakan secara jelas bahwa nila setitik tidak merusak susu sebelanga,” kata Bono, yang merupakan penganut Katolik, kepada sebuah televisi Spanyol.
Dia juga mempertanyakan penegakan aturan selibat (tidak menikah dan tidak berhubungan intim) terhadap pastor.

Sementara itu, seorang mantan uskup Perancis mengatakan bahwa mengembalikan seorang pendeta pedofil Kanada yang sudah divonis bersalah ke keuskupan pada tahun 1980-an merupakan sebuah kesalahan, namun, ia menambahkan, “Ketika itu, memang begitulah cara gereja beroperasi.”
“Kami memberikan bantuan. Kami diminta untuk menampung seorang pastor yang tidak diinginkan dan kami setuju,” kata Jacques Gaillot, mantan uskup Evreux, sebelah barat Paris, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Le Parisien.

Pada tahun 1987, Galliot setuju menampung pastor Kanada, Denis Vadeboncoeur, dua tahun setelah dijatuhi hukuman 20 bulan penjara oleh sebuah pengadilan Kanada karena melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak.
(MERDEKA.COM)

Garrick Wirawan

Blog ini bukan untuk berdebat, tapi blog ini adalah dokumentasi bantahan atas fitnah-fitnah salibis terhadap ISLAM yang Di dokumentasi dari berbagai sumber

Labels

Online

Online

Translate

flagcounter

free counters