Tuesday, October 29, 2013
Informasi dari Garrick Wirawan

1. 24 Juni 1096 di Semlin, Hongaria.
GambarRibuan orang dibunuh oleh pasukan Salib dalam perjalanan mereka untuk merebut Yerusalem. Tidak seperti di kota-kota Kristen lainnya, sesampainya di Hongaria dan Bulgaria ini, sambutan terhadap pasukan Salib sangat dingin, menyebabkan pasukan Salib yang sudah kekurangan makanan ini marah dan merampas harta benda penduduk. Penduduk di dua negeri ini tidak tinggal diam. Walau pun sama-sama beragama Kristen, mereka tidak senang dan melakukan pembalasan. Terjadilah pertempuran sengit dan pembunuhan yang mengerikan. Dari 300.000 orang pasukan Salib itu hanya 7000 orang saja yang selamat sampai di Semenanjung Thracia di bawah pimpinan sang Rahib.


2. Pada 9 September 1096 di Nikaia
Xerigordon (dahulu wilayah Turki) ribuan orang juga dibunuh. Dan ketika menaklukan Antiochia di tahun yang sama antara 10.000-60.000 pria-wanita dan anak-anak juga dibunuh oleh pasukan Salib Kristen.

3. Tahun 1205
Paus Innocent kedua yang lain menyingkirkan King John of England karena menyerang beberapa orang uskup. Akhirnya John terpaksa mengirimkan pesan kepada Paus dengan kata-kata sbb: “Seorang utusan angelik, atas nama Inggris dan Irlandia, mendoakan Yesus dan pengikutnya, penaung kami Paus Innocent, dan seluruh penerus katoliknya.
Sejak hari ini, kami menjadikan kerajaan ini sebagai penganut setia Paus dan hierarkinya. Kami telah menganggarkan 1.000 pound Inggris untuk disumbangkan kepada kotak gereja setiap tahunnya. 500 pound diberikan setengah tahun sekali, dalam bentuk uang perak. Jika saya atau pengganti saya yang berada di tahta Inggris melanggar perjanjian ini, dengan sendirinya kami akan kehilangan kekuasaan Inggris.”
Surat John ini bisa dibaca pada buku karya Marcel Cache berjudul Social History, jilid dua. Di halaman 123 buku tersebut, tertulis juga bahwa pada periode ini, 5 juta orang dihukum karena melanggar fikiran ortodoks atau menentang titah Paus. Mereka dihukum gantung atau mereka dicampakkan ke dalam penjara yang mirip sumur gelap. Dalam tempo 18 tahun, antara tahun 1481-1499, mahkamah gereja telah membakar hidup-hidup 1.020 orang. 6.860 orang digergaji hingga hancur lebur dan 97.023 orang disiksa hingga mati.

Itulah Kristen: AGAMA HORROR, AGAMA PENYIKSAAN, AGAMA BANJIR DARAH, AGAMA KILLER, AGAMA SAMBER NYOWO, AGAMA IBLIS, AGAMA BANTAI FOREVER dan berbagai julukan lainnya yang seram-seram untuk menggambarkan track-record mereka selama ribuan tahun yang hanya menunjukkan bahwa mereka itu hanyalah IBLIS LAPAR PEMBANTAIAN.
Bahkan agama kalian juga pantas diberi label sebagai AGAMA KANIBAL karena pada 11 Desember 1098 di Marra (Maraat an-numan), setelah membunuh ribuan orang, karena kelaparan berkepanjangan maka mayat musuh yang sudah membusuk dimakan oleh Pasukan Salib Kristen, fakta ini dibeberkan oleh Albert Aquensis. Hal ini telah diakui sendiri oleh pasukan salib tersebut dalam surat mereka kepada Paus. Tidak hanya sangat sadis dan keji, ternyata pasukan Kristen pun kanibal, doyan memakan daging manusia. Benar-benar tak ada tandingannya memang kebiadaban pasukan salib Kristen itu.
Manusia biasa tentu tidak sanggup melakukan berbagai macam kekejaman dan kebiadaban tak henti-henti dengan berbagai macam cara seperti itu, hanya Kristen yang sanggup.

4. Tahun 1209
Perang Salib Albigensia diumumkan oleh Paus Innocent III terhadap para pembangkang agama di Prancis Selatan. Pada tahun 1209 ini terjadi pembantaian terhadap Kelompok Cathary oleh Paus Innocent III, karena menolak konsep ketuhanan Yesus.
Sejak awal mula perkembangan Kristen, banyak sekali aliran yang tidak mengakui Ketuhanan Jesus. Contohnya, adalah satu kelompok yang bernama Cathary yang hidup di Selatan Perancis. Kelompok Cathary adalah penganut Catharism, satu kelompok heresy radikal di Zaman Pertengahan. Cathary percaya bahwa karena daging adalah jahat, maka Kristus tidak mungkin menjelma dalam tubuh manusia. Karena itu, Kristus tidaklah disalib dan dibangkitkan.
Dalam ajaran Cathary, Yesus bukanlah Tuhan, tapi Malaikat. Untuk memperhambakan manusia, tuhan yang jahat menciptakan gereja, yang mempertontonkan “sihirnya” dengan mengejar kekuasaan dan kekayaan. Ketika kaum ini tidak dapat disadarkan dengan persuasif, Paus Innocent III menyerukan kepada raja-raja untuk memusnahkan mereka dengan senjata, sehingga ribuan orang penganut aliran Cathary ini dibantai.

5. 27 Mei 1234
Sekitar 5000 sampai 11.000 Petani karena menolak membayar pajak Gereja yang mencekik leher.
Jangan heran melihat betapa semangatnya orang-orang Kristen untuk menghabisi nyawa orang lain tak henti-henti. Karena ajaran dan perintah-perintah untuk melakukan hal itu memang ada dalam Alkitab mereka, kitab iblis itu. Dua Tuhan mereka, baik yang bapak maupun anak juga telah menunjukkan sendiri kebiadaban dan kebrutalan mereka. Sedangkan oknum Tuhan yang ketiga -Tuhan Roh Kudus- selalu membimbing dalam setiap perusakan, penyiksaan, pembantaian, pemerkosaan dan segala kebiadaban lainnya yang dilakukan oleh orang Kristen.

6. Tahun 1524-1526. Kekejaman Gereja di Jerman.
Kala itu gereja di Jerman begitu manunggal dengan negara dan sekelompok petani yang telah lama merasa tertindas melakukan pemberontakan. Tokohnya, Thomas Munzer, seorang pengkhotbah radikal, menyatakan bahwa para petani dan buruh tambang lebih bisa memahami Injil ketimbang para pastor. Kata-kata Munzer membuat dada para petani gemeretak dan mereka menjadi semakin bulat menantang.
Tapi sementara pasukan petani hanya mengandalkan artileri bikinan sendiri ditambah doa dan pidato, pasukan para pangeran menggebuk Kota Frankenhausen dengan kanon. Syahdan, 5.000 orang yang dikalahkan dibunuh, 300 tawanan dijatuhi hukuman mati. Ketika istri-istri mereka meminta ampun, permohonan itu disetujui dengan syarat. Wanita-wanita itu harus menghantam kepala dua pendeta yang menganjurkan pemberontakan, sampai otaknya muncrat. Mereka setuju. Akhirnya pemberontakan pun padam, setelah 130.000 petani tewas.(Goenawan Muhamad, 1991:164,165, 170-171, 210-211).

7. Tahun 1572
Pembantaian pada hari St.Bartolomeus, orang Protestan Prancis dibantai secara massal oleh Catherina de Medici.
Pembantaian ini merupakan salah satu peristiwa yang secara fatal menghancurkan gerakan kaum Protestan di Prancis. Raja Prancis dengan cerdik mengatur pernikahan antara adik perempuannya dengan Laksamana Coligny, seorang pemimpin kaum Protestan. Pesta pernikahan dirayakan dengan besar-besaran.
Setelah empat hari berpesta, para serdadu diberi  tanda. Pukul 12 malam, semua rumah kaum Protestan di seluruh kota Paris didobrak satu per satu. Coligny dibunuh, tubuhnya dibuang ke jalan melalui jendela, kemudian kepalanya dipenggal dan dikirimkan kepada Paus. Mereka juga memotong tangan dan alat kelaminnya dan menyeretnya sepanjang jalan kota Paris selama tiga hari dan akhirnya tubuhnya digantung di dekat bukit yang terletak di luar kota tersebut.
Mereka juga membantai semua orang yang diketahui beragama Protestan. Selama tiga hari pertama, lebih dari 10.000 orang dibunuh. Tubuh orang-orang yang sudah mati itu dibuang ke sungai dan darah mengalir di seluruh jalan-jalan di kota menuju ke sungai sehingga seperti membentuk aliran sungai darah. Karena kemarahan yang meluap-luap, mereka juga membunuh pengikut mereka sendiri kalau mereka dicurigai tidak mempunyai kepercayaan yang kuat terhadap paus. Dari Paris, pembunuhan menyebar ke seluruh bagian Perancis. Lebih dari 8.000 orang dibunuh. Hanya sedikit orang Protestan yang selamat dari kemarahan para penganiaya itu.

8. Tanggal 5 April 1585 sebuah tragedi pembunuhan massal terjadi di Harlem, Belanda
Tragedi yang juga dikenal dengan nama Tragedi Harlem ini terjadi saat Raja Spanyol Philip II menginstruksikan represi secara meluas atas rakyat Belanda yang kemudian berpuncak dengan pembunuhan di Harlem itu. Dalam kasus tersebut, sekitar 6.000  aktivis kemerdekaan Belanda dibunuh oleh tentara Spanyol. Perjuangan rakyat Belanda untuk meraih kemerdekaannya akhirnya mencapai hasil pada tahun 1609.

9. Tahun 1618-1648. Perang 30 tahun antara Katolik lawan Protestan di Eropa. Ribuan orang telah dibantai.
Ada banyak wilayah, dinasti, dan isu agama yang melatarbelakangi perang ini, namun secara keseluruhan “Perang 30 Tahun” ini adalah perang antara pangeran-pangeran Jerman Protestan yang beraliansi dengan kekuatan-kekuatan asing, yaitu  Perancis, Swedia, Denmark, dan Inggris, melawan kekuatan Imperium Katolik Romawi. Selain kafir orang-orang Kristen memang biadab dan haus darah.

10. 23 Oktober 1641
Pembantaian Katolik terhadap Protestan di Irlandia. Para konspirator memilih tanggal 23 Oktober, pada perayaan Ignatius Loyola, pendiri ordo Jesuit.
Mereka merencanakan pemberontakan besar di seluruh negeri. Semua orang Kristen (Protestan) akan dibunuh semuanya. Untuk mengendorkan kewaspadaan mereka, keramahtamahan ekstra diperlihatkan kepada kaum Protestan. Pagi harinya, para konspirator dipersenjatai dan setiap orang Protestan yang mereka temui langsung dibunuh. Bahkan orang cacatpun tidak diberi ampun.
Kaum Protestan Irlandia terkejut. Selama ini mereka hidup damai dan aman selama bertahun-tahun tetapi sekarang tidak ada tempat untuk menyelamatkan diri. Mereka dibunuh oleh tetangga sendiri, teman dan bahkan oleh saudaranya sendiri.
Tetapi kematian bukanlah hal yang mereka takuti. Para wanita diikat ditiang-tiang, ditelanjangi sampai pinggang, dadanya dipotong dengan pedang dan dibiarkan mati kehabisan darah. Wanita yang sedang hamil diikat pada cabang pohon, bayi mereka yang belum lahir dibelah dan diberikan kepada anjing sedangkan para suaminya dipaksa menyaksikan kekejaman itu. Pada pembantaian massal di hari perayaan St.Bartholomeus ini, 40.000 orang Protestan tewas dibantai oleh orang-orang Katolik.

11. Sekitar tahun 1890 sampai 1901
kira-kira 1300 orang kulit hitam telah dibunuh tanpa bicara oleh Ku Klux Klan di Amerika. Hasil daripada pelaksanaan ini orang-orang kulit hitam telah mulai memberontak di beberapa negeri di Amerika.
Berkaitan dengan budak, silahkan baca sekelumit artikel tentang perbudakan berikut ini. Dibalik konsep rasialisme keji ala Kristen itu, ternyata musik gereja Gospel itu berasal dari kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang Kristen kulit putih terhadap budak-budaknya!.

Konsep rasialisme yang ada sekarang, mulai muncul pada abad ke-XVI ketika perdagangan budak mulai berkembang. Budak-budak didatangkan dari Afrika menuju Eropa atau Amerika. Para pedagang budak yang hampir semuanya Kristen itu menyebarkan paham bahwa masyarakat kulit hitam (ras Afrika) adalah ras yang terkuat namun inferior, sehingga cocok untuk mengerjakan pekerjaan kasar dan harus tunduk pada perintah. Pandangan inferioritas ini sama dengan yang terjadi pada masa Romawi dan Yunani.
Diperkirakan 11,8 juta rakyat Afrika diperdagangkan selama masa Perdagangan Budak Atlantik, di mana sekitar 10 sampai 20% nya tewas dalam perjalanan menyeberangi samudera Atlantik. Pada abad 19, tercatat bahwa 90% budak belian adalah anak-anak. Beberapa negeri Kristen telah menjadi kaya raya karena perdagangan budak ini. Perbudakan Afrika adalah saudara kembar kolonialisme di benua itu.
Bahkan ada satu fakta menarik, bahwa musik Rap yang kita kenal sekarang ini adalah berasal dari budak-budak kulit hitam yang dipelihara oleh orang-orang Kristen kulit putih.

Kebanyakan buku, Acara Tv dan sejarawan mengatakan bahwa rap di buat atau diciptakan di Bronx, tapi ini tidak sepenuhnya betul. Rap Amerika yang kita tau sekarang dimulai sekitar 1970 di Boogie Down Bronx. Untuk mengerti secara keseluruhan, kita harus kembali ke masa lampau: dimulai di Afrika. Di Afrika -untuk lebih spesifik- Suku-suku disana mengabadikan sejarah mereka dalam bait-bait ritmik dan nyanyian.
Karena ada banyak suku-suku, banyak terdapat bahasa daerah dan suku-suku yang bahasa mereka seringnya tidak dibuang/dilupakan. Jadi, untuk menjaga sejarah dan legenda mereka menggunakan lagu dan ritmik untuk menceritakannya. Karena pedagang budak kulit putih datang dan memisahkan mereka dari keluarga dan suku mereka.

Orang Afrika asli membawa cerita dan rima mereka bersama pedagang budak eropa. Mereka (pedagang budak)tidak mengijinkan para budak bicara menggunakan ”Bahasa Ibu” (bahasa afrika asli). Para pedagang budak itu berpikir bahwa mereka berencana untuk membuat rusuh. Walaupun mereka dirantai, tapi mereka diperbolehkan untuk menyanyi. Ini membuat para budak bertahan hidup dan merasa lebih baik. Para budak wanita di perkosa dan sering kali hamil oleh crew (para pembantu pedagang budak). Budak wanita dijadikan bonus buat para crew. Perjalanan seperti ini bisa memakan waktu hingga sebulan.
Dan bila dari sekitar 1000 budak, ada 600-700 budak yang selamat, itu adalah perjalanan yang bagus. Dan bila budak wanita hamil maka mereka akan mendapatkan harga yang lebih baik (karena ada tambahan bayi dalam kandungan budak wanita). Lalu orang-orang Kristen/para majikan alias pemilik budak itu berlaku sama untuk mendapatkan lebih banyak budak, yaitu memperkosa budak wanita hingga hamil dan anak hasil perbuatan itu dijadikan budak lagi. Mereka, para majikan bahkan memberikan tamu mereka satu atau dua wanita untuk teman tidur…

Ketika mereka menyanyi mereka bekerja lebih giat karena isi nyanyiannya adalah tentang dari mana mereka berasal dan sejarah suku-suku mereka. Waktu selanjutnya, karena majikan bersifat lebih lunak, para budak diperbolehkan libur setiap hari minggu. Pada hari minggu tersebut, para budak pergi ke gereja dan menyanyikan lagu kebebasan. Hal ini kemudian berubah menjadi paduan suara Gospel.
Jadi musik Gospel Gereja berasal dari pembunuhan, penyiksaan dan pemerkosaan orang-orang Kristen terhadap budak-budak kulit hitam! Yesus pasti tersenyum bangga melihat buah hasil akibat pembunuhan, penyiksaan dan pemerkosaan oleh para pengikutnya ini!

12. Perang Dunia I (1914-1919). Jutaan orang terbunuh akibat keganasan orang-orang Kristen.
Perang dunia pertama berlangsung selama 1.565 hari. 9 juta manusia tewas. Tepatnya dalam buku Guinness Book of Records disebutkan bahwa Perang Dunia I menelan korban 9.700.000 jiwa, 22 juta cacat dan tidak dapat bekerja seumur hidup. Demikianlah statistik kerusakan dalam medan perang. Angka kematian dan kecederaan yang terjadi di kota-kota padat penduduk sebagai akibat sampingan perang tidak dapat dihitung. Angka biaya perang mencapai lebih dari $400 milyard. Peserta perang sebagian besar adalah negara-negara berpenduduk mayoritas beragama Kristen.

13. Tahun 1940
Orang-orang Kristen non Katolik di Krosia (bagian dari Yugoslavia yang mayoritas beragama Katolik) hanya diberi dua pilihan: pindah menjadi penganut agama Katolik atau mati. Gedung-gedung gereja mereka ditutup, dokumen-dokumen jemaat dimusnahkan, gedung-gedung yang masih berhubungan dengan kegiatan gereja dibakar habis.
Sering kali para umat Ortodoks ditangkap sewaktu mereka beribadat, dan disekap dalam gerejanya atau dalam aula-aula gereja sambil menunggu nasib mereka ditentukan: dipaksa pindah agama, dikirim ke kamp konsentrasi atau dieksekusi. Orang-orang yang selamat, biasanya hanya sedikit, akhirnya menggantung nasibnya kepada para Komandan Ustachi dan para padri Katolik yang bersama mereka.”
“Pembunuhan massal dilakukan dengan membunuh secara orang per orang, kebanyakan terjadi di daerah pinggiran kota. Para Ustachi sering menggunakan senjata-senjata primitif, seperti garpu, sekop, palu dan gergaji, untuk menyiksa korban-korban mereka tergantung dari hukuman yang diberikan. Mereka mematahkan kaki, menguliti tubuh dan janggut  korbannya, membuat buta korbannya dengan mengiris mata mereka dan bahkan mengeluarkan bola matanya.”

Informasi ini direkam dalam bentuk gambar dan kesaksian tersumpah para korban yang selamat. Mereka tidak membedakan antara anak-anak atau wanita. Sebagai contoh:’Di desa-desa antara Vlasenica dan Kladani tentara Nazi menemukan anak-anak yang disalib oleh Ustachi. Para pastor Katolik mendalangi pembunuhan anak-anak tersebut.’
Seorang pastor Katolik bernama Juric berkata, “Saat ini bukan merupakan suatu dosa jika membunuh anak berusia tujuh tahun kalau anak tersebut ternyata menghalangi gerakan Ustachi.” [Dari buku Teror Katolik Saat Ini (Catholic Terror Today) oleh Avro Manhattan]

Kemudian pada tahun 1941, Oustachis (Militan Katolik Kroasia) disewa oleh Mussolini untuk membantu Italia di pantai Adriatik. Tahun 1941, Hitler dan Mussolini menginvasi dan memecah Yugoslavia. Pavelitch dijadikan pemimpin “Negara Merdeka Kroasia”.
Tanggal 18 Mei 1941, Paus Pius XII menerima Pavelitch beserta rekan-rekannya. Pada hari itu juga, pembunuhan besar-besaran terhadap kaum Ortodoks Kroasia mencapai puncaknya, mereka dipaksa menganut paham Katolik. Para Oustachis juga memburu kaum minoritas Serbia. Andrija Artukovic adalah perancang utama dari pembunuhan besar-besaran tersebut.

14. 29 Agustus 1942
Kejahatan perang paling buruk, mungkin juga aneh, dilaksanakan oleh para anggota badan intelejen Ustachi. Dalam kasus Peter Brzica tidak diragukan lagi merupakan salah satu kejahatan yang paling dahsyat. Peter Brzica yang pernah mengenyam pendidikan di Fransiscan College di Siroki, Brijeg, Herzegovina, adalah seorang mahasiswa fakultas hukum, dan seorang anggota  organisasi Katolik “The Crusaders”.
Pada 29 Agustus 1942 malam, di kamp konsentrasi Jasenovac, perintah eksekusi dikeluarkan. Taruhan dilakukan siapa kira-kira yang akan melakukan eksekusi terhadap tahanan yang jumlahnya besar itu. Peter Brzica memotong leher 1.360 orang tahanan dengan pisau jagal yang dibuat khusus. Dia dinobatkan sebagai pemenang dan diangkat sebagai raja pemotong leher manusia. Sebuah jam emas, pelayanan kelas satu dan babi panggang serta anggur dihadiahkan kepadanya.

Kejahatan perang yang dilakukan pasukan Ustachi jauh melampaui penyiksaan fisik yang kejam. Korban-korban mereka juga disiksa secara mental. Sebagai contoh adalah kebrutalan, yang tidak pernah terjadi sebelumnya, yang disaksikan oleh beberapa saksi mata sehubungan dengan kejadian berikut ini.
Di Nevesinje, Ustachi menangkap sebuah keluarga Serbia yang terdiri dari ayah, ibu dan empat orang anak. Sang ibu dan keempat anaknya dipisahkan dari ayahnya. Selama tujuh hari mereka dibiarkan kelaparan dan kehausan. Kemudian Ustachi membawa sebuah daging panggang dan air minum yang banyak untuk ibu dan keempat anak tersebut. Karena sangat lapar, merekapun memakan habis daging panggang tersebut. Setelah mereka selesai, para Ustachi memberitahukan bahwa daging yang dimakan itu adalah tubuh ayah mereka. Ini adalah contoh dari kemarahan Vatikan yang lepas kendali. Ini adalah contoh dari kebiadaban Katolik yang tak bisa disangkal lagi.

15. Tahun 1942
Seorang biarawan ordo Fransiskan, Miroslav Filipovic, sebagai seorang pastor adalah komandan kamp konsentrasi di Jasenovac. Kamp konsentrasi ini merupakan kamp yang unik karena jumlah tahanan muda yang dikirim kesana. Tahun 1942 kamp ini menampung 24.000 tahanan orang muda Orthodoks. 12.000 diantaranya dibunuh dengan darah dingin. Banyak mayat-mayat anak-anak kecil yang mati kelaparan di kamp konsentrasi di Jasenovac.

Di Dubrovinick, Dalmatia, para prajurit fasis banyak yang mempunyai foto seorang Ustachi yang mengenakan dua buah kalung. Satu kalung merupakan untaian mata manusia, yang lainnya untaian lidah orang-orang Serbia Ortodoks yang dibunuh.

Pada tahun 1942 ini juga, Gereja Katolik akhirnya memang kemudian  terbukti terlibat kejahatan dalam Perang Dunia Kedua, karena membiarkan pembantaian atas 2300 warga Serbia di Kroasia, yang waktu itu bergabung dengan Yugoslavia.
Pembantaian yang terjadi pada tahun 1942 tersebut, menurut warga etnis Serbia, tak lepas dari peran rohaniawan gereja Katolik setempat. Seorang imam dari biara Petricevac saat itu diketahui memimpin sekumpulan fasis etnis Kroasia bersenjata untuk menyerbu suatu desa dan membunuh 1800 laki-laki dan 500 perempuan.

Total selama Perang Dunia II, Statistik menyebutkan bahwa 35 juta orang terbunuh (menurut Guinness Book of Records 54.800.000 jiwa), 20 juta kehilangan kaki-tangan, 17 juta liter darah tertumpahkan, 12 juta anak terlahir cacat, 13.000 sekolah dasar dan menengah, 6.000 universitas dan 8.000 laboratium sains telah musnah, serta 319 milyar peluru telah ditembakkan.

Perang Dunia I dan II yang telah mengakibatkan puluhan juta manusia matipun disebabkan oleh negara-negara Kristen seperti Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Amerika, dan lain-lain. Episode horror berbagai penyiksaan-penyiksaan dan penyembelihan umat manusia yang dilakukan oleh orang-orang Kristen sangat mewarnai sepanjang perang berlangsung. Setelah membantai puluhan juta manusia, anehnya mereka masih suka menuduh negara-negara Islam sebagai teroris. Padahal tidak ada satu negara Islam pun yang mengakibatkan puluhan juta manusia mati seperti mereka.

16. Pada 4 Mei 1978
tentara Afrika Selatan membunuh lebih dari 600 penduduk di Kamp pengungsi Kassinga di Namibia. Sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Tentu mereka tidak dianggap teroris oleh orang-orang Kristen, karena para pembantai biadab ini adalah pemeluk Kristen. Di Uganda, Tentara Pertahanan Tuhan (LRA) juga sering melakukan aksi terorisme. Namun karena mereka para pelaku pembantaian itu beragama Kristen, tentu hampir mustahil orang-orang Kristen memberi label “teroris” kepada mereka.
Bandingkan dengan stigma teroris yang mereka berikan kepada Amrozy atau Imam Samudera, walaupun jumlah korban yang (mungkin) mereka bunuh pada bom Bali 2002 lalu HANYA 200 orang. Padahal kejahatan yang dilakukan oleh Amrozy atau Imam Samudera itu LUAR BIASA KECILNYA kalau mau dibandingkan dengan kejahatan-kejahatan ULTRA-BIADAB baik secara kualitas maupun kuantitas yang dilakukan oleh Kristen.

17. Pada tahun 1980-an
banyak terjadi pembunuhan terhadap tokoh-tokoh Katolik di Irlandia Utara. Sir John Stevens, kepala Polisi Metropolitan Inggris, menyimpulkan bahwa pihak keamanan Inggris terlibat langsung dalam rangkaian pembunuhan tokoh-tokoh Katolik itu.
Dinas intelijen angkatan bersenjata Inggris dan polisi Irlandia Utara, yang sebagian besar anggotanya beragama Protestan, diberitakan menjalin kerja sama dengan organisasi teroris Protestan UDA. Sedikitnya dua aksi pembunuhan yang dilakukan UDA dihubungkan langsung dengan tentara Inggris dan polisi Irlandia Utara.
Sebenarnya isi laporan tidak terlalu mengejutkan. Ini hanya menguatkan isu-isu yang sudah lama beredar, bahwa tentara Inggris dan polisi Irlandia Utara tidak selalu berperan netral sewaktu perang saudara di tahun 1980-an.

18. April-Mei 1994
Terjadi aksi pembantaian besar-besaran di Rwanda oleh orang-orang Kristen Hutu terhadap Kristen Tutsi. Lebih dari 800.000 orang Tutsi tewas dibantai Hutu.
Rwanda adalah sebuah negara di Afrika yang berpenduduk mayoritas 70% beragama Kristen, yang terdiri dari pemeluk Katolik 58% dan Protestan 12%. Terbesar kedua adalah animisme dengan 23% dan Islam minoritas dengan 9% penganut. Berdasarkan etnis di Rwanda yang paling dominan adalah suku Hutu dengan 89%, disusul oleh suku Tutsi 10% dan Twa (Pigmy) 1%.

Di Rwanda kurang lebih 800.000 (sumber lain menyebutkan 1 juta) suku Tutsi menjadi korban pembantaian terencana oleh tokoh-tokoh militan suku Hutu, bahkan sebagian suku Hutu sendiri yang beraliran moderat, dalam arti tidak memusuhi suku Tutsi, juga menjadi korban pembantaian tersebut.
Kilas balik peristiwa, pada 6 April 1994 Presiden Rwanda, Juvenal Habyarimana kembali dari Tanzania untuk proses perdamaian. Pesawatnya ditembak jatuh oleh kelompok ekstrim anggota partainya sendiri saat mencoba mendarat di Kigali, ibukota Rwanda.

Kematian Habyarimana dijadikan alasan untuk menjalankan genosida. Radio nasional Rwanda dan beberapa radio swasta mengudarakan instruksi pada kelompok pembantai yang disebut interahamwe; yang artinya ‘mereka yang bertarung bersama’, dan secara terus-menerus meminta mereka melancarkan pembantaian itu.
Kelompok angkatan bersenjata Rwanda membantu aksi  interahamwe itu setiap kali para pembunuh itu menghadapi perlawanan kelompok Tutsi. Penyediaan alat transportasi dan bahan bakar membuat pasukan maut itu mampu mencapai daerah-daerah suku Tutsi yang cukup terisolasi.

“Anda harus bekerja lebih keras, kuburannya belum penuh,” dorong sebuah suara di radio. Bulan April 1994, ketika genosida (pembantaian etnis) mulai terjadi di Rwanda, masyarakat biasa seakan tak bisa lepas dari radio mereka. Di sebuah bagian dunia tempat kebanyakan masyarakatnya tidak punya saluran listrik, begitulah cara informasi tersebarkan. Namun di Rwanda di musim semi tersebut, stasiun-stasiun radio terkenal nampaknya hanya punya satu tujuan: untuk menghasut massa Hutu untuk membasmi kaum Tutsi para tetangga mereka.

Stasiun radio yang paling terkenal di antara semuanya adalah RTLM (Radio Televison des Milles Collines), Radio Televisi Ribuan Bukit. Stasiun ini dikenal karena para disc jockey-nya yang terbaik di Rwanda dan karena pencampuran musik Afrika yang menarik, program beritanya, dan analisa politiknya.
Didirikan tahun 1993 dan dimiliki oleh anggota keluarga dan teman-teman Presiden Habyarimana, stasiun ini memberikan khotbah berisikan pesan ekstrim tentang keunggulan kaum Hutu, namun kebanyakan masyarakat non-politik Rwanda mendengarkan stasiun ini karena musik yang mereka putarkan.
Dalam kenyataannya, hati dan pikiran mereka sedang dipersiapkan untuk melakukan genosida. Ketika pembunuhan dimulai tangal 6 April, apa yang telah diciptakan oleh para pemilik dan manager stasiun tersebut menjadi jelas-sebuah mimbar mengerikan darimana pesan untuk membunuh disebarkan ke seluruh Rwanda. RTLM-lah yang memberikan sinyal untuk memulai pembantaian atas bangsa Tutsi dan kaum Hutu yang moderat.

Tanggal 7 dan 8 April RTLM menyiarkan: “Anda harus membunuh [kaum Tutsi], mereka adalah kecoa …” Tanggal 13 Mei: “Anda yang sedang mendengarkan kami, bangkitlah agar kita dapat berjuang demi Rwanda kita… Bertempurlah dengam senjata yang Anda miliki; Anda yang memiliki panah, menggunakan panah, Anda yang memiliki tombak bertempurlah dengan tombak; Bawa alat-alat tradisional Anda … Kita semua harus melawan [bangsa Tutsi]; kita harus menghabisi mereka, membasmi mereka, buang mereka dari seluruh negara… Tidak boleh ada pengampunan bagi mereka, sama sekali.” Dan pada tanggal 2 Juli: “Saya tidak tahu apakah Tuhan akan membantu kita dalam membasmi [bangsa Tutsi]… namun kita harus bangkit untuk membasmi ras orang-orang jahat ini… Mereka harus dibasmi karena tidak ada cara lain.”
Pesan tersebut berhasil. Bulan Juli 1994, ketika kemenangan Tutsi  yang dipimpin Front Patriotis Rwanda (RPF) mengakhiri pembantaian tersebut, sejumlah 1 juta rakyat Rwanda -kebanyakan kaum Tutsi, namun juga kaum Hutu yang termasuk dalam partai-partai demokratis di Rwanda- telah terbunuh. Radio-radio telah dengan sangat suksesnya menghasut genosida tersebut. Jatuhnya hampir 1 juta korban jiwa dari peristiwa tersebut merupakan pelajaran dunia tentang kebiadaban Kristen yang kesekian kalinya.

19. 28 April 2002
Penyerangan dan pembantaian di desa Soya, Ambon.  Pada tanggal tersebut dua tahun lalu, terjadi pembantaian di pemukiman Kristen, desa Soya di Ambon. Dan yang menjadi korbannya adalah umat Kristen semua, belasan yang tewas dan luka-luka, termasuk seorang bayi yang tidak tahu apa-apa tewas dibantai dengan keji. Banyak rumah-rumah yang dibakar dan gerejapun dirusak oleh rombongan perusuh tersebut.
Ketika itu dengan lantangnya dan serempak seluruh umat Kristen di Maluku menuding Laskar Jihadlah pelaku yang berada di balik pembantaian itu. Bahkan tragedi pembantaian terhadap umat Kristen di Desa Soya dan ekses-ekses lainnya ini, termasuk yang paling diexpose  oleh media-media atau situs corong Kristen terutama yang gencar dilakukan oleh oknum Pendeta Cabul JL di situs Ambon Berdarah online, atau lebih tepatnya “ON-LIE”.

Walaupun tentu menjadi pertanyaan bagi kita semua, bagaimana mungkin Laskar Jihad atau apapun kelompok dari luar mampu untuk menerobos masuk kedalam desa Soya yang jalannya sulit dan berliku-liku itu tanpa diketahui oleh orang dalam desa tersebut? Ternyata jawabannya simpel: ORANG KRISTEN SENDIRILAH YANG MELAKUKAN PEMBANTAIAN TERHADAP SAUDARA SEIMANNYA SENDIRI ITU!

Tujuan mereka TEGA melakukan pembantaian terhadap umat dan gerejanya sendiri itu adalah supaya konflik di Maluku yang mereka ciptakan itu dapat terus berlangsung, syukur-syukur eskalasinya makin besar sehingga dapat mengundang kekuatan PBB pimpinan Si Setan Besar AS atau Si Pencium Pantat Setan Besar UK untuk masuk kesana.

Tujuan mereka sudah jelas, referendum bagi masyarakat Maluku! Dan melihat perimbangan populasi penduduk di Maluku yang sekarang sudah lebih banyak orang Kristennya, karena umat Islamnya banyak yang sudah mereka bantai dan para pendatang dari luar Maluku seperti Bugis, Makassar, Padang, Jawa dan lain-lain sudah banyak pulang ke daerah asalnya akibat konflik berdarah yang dilancarkan pasukan salibis ini, maka mereka yakin pihak Kristen akan unggul dalam referendum itu nanti. DASAR BIADAB KAU KRISTEN!

20. Tidak di Rwanda saja
Bulan Agustus 2004 lalu juga terjadi pembantaian terhadap ratusan suku Tutsi oleh suku Hutu di Burundi. Di Burundi, 67% rakyatnya adalah pemeluk agama Kristen dan 32% animisme. Suku Hutu merupakan mayoritas (seperti juga di Rwanda) dengan 85%, kedua terbanyak adalah Tutsi 14%, dan minoritas suku Twa (Pigmy) 1%.
Ratusan pengungsi Tutsi yang sedang tertidur lelap DIBANTAI oleh milisi-milisi suku Hutu di daerah perbatasan antara Rwanda-Burundi. Pemerintah Burundi menuduh milisi-milisi Hutu tersebut disupport atau setidaknya memiliki hubungan dengan teroris-teroris (Kristen) Hutu di Rwanda yang membantai 1 juta suku Tutsi disana tahun 1994.
Namun yang pasti, didukung atau tidak, memiliki hubungan atau tidak, mereka adalah orang-orang Kristen dan mereka biadab.


KEBIADABAN KRISTEN TERHADAP ISLAM [ FAKTA SEJARAH ]

Mau Membantah Fakta Sejarah ?
Gampang, Pergi Kemasa Lalu Dan Ubah Sejarah,Tapi Apa Mungkin ?
Agar tidak dituduh memfitnah, orang kristen punya hak untuk menjawab fakta-fakta HISTORIS kebiadaban kristen mulai dari dahulu,

1. Tahun 630 (8 H). Utusan Nabi Muhammad, Al-Harits ibu Umair al-Azady, yang membawa surat untuk pemimpin Bushro, dihadang dan diculik untuk selanjutnya Mdipenggal lehernya oleh pegawai Romawi atas perintah Kaisar Romawi, Heraklius. Padahal, membunuh duta merupakan kejahatan yang amat sama halnya dengan mengumumkan perang. Akibat kebiadaban kaisar Kristen ini timbullah perang Mut'ah dan perang Tabuk antara umat Islam melawan Kristen Romawi. Inilah konflik pertama kali antara umat Islam dengan orang Kristen. Dan seperti yang terpampang dalam sejarah, Kristen lah yang lebih dulu membunuhi umat Islam.

2. Tahun 1064. Rombongan peziarah Kristen sebanyak 7000 orang yang dipimpin oleh seorang Uskup telah menyerang orang-orang Arab dan Turki di Yerusalem.

3. 15 Juli 1099, Yerusalem ditaklukan. 60.000 orang dibunuh, terdiri dari orang-orang Yahudi, Muslim, laki-laki, perempuan dan anak-anak. Dilukiskan oleh saksi mata Kengerian begitu dahsyat: "Kami harus berjalan didalam darah musuh kami sedalam mata kaki". Akhirnya pada 15 Juli 1099, Yerusalem (Baitul Maqdis) jatuh ke tangan pasukan Salib, tercapailah cita-cita mereka. Berlakulah keganasan luar biasa yang belum pernah terjadi dalam
sejarah umat manusia. Kaum kafir Kristen itu telah menyembelih penduduk sipil Islam baik lelaki, perempuan dan anak-anak dengan sangat ganasnya. Mereka juga membantai orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen yang enggan bergabung dengan kaum Salib. Keganasan kaum Salib Kristen yang sangat luar biasa itu telah dikutuk dan diakui oleh para saksi dan penulis sejarah yang terdiri dari berbagai agama dan bangsa. Seorang ahli sejarah Prancis, Michaud berkata: "Pada saat penaklukan Yerusalem oleh orang Kristen tahun 1099, orang-orang Islam dibantai di jalan-jalan dan di rumah-rumah. Yerusalem tidak punya tempat lagi bagi orang-orang yang kalah itu. Beberapa orang coba mengelak dari kematian dengan cara mengendap-endap dari benteng, yang lain berkerumun di istana dan berbagai menara untuk mencari perlindungan terutama di masjid-masjid. Namun mereka tetap tidak dapat menyembunyikan diri dari pengejaran orang-orang Kristen itu.
Tentara Salib yang menjadi tuan di Masjid Umar, di mana orang-orang Islam coba mempertahankan diri selama beberapa lama menambahkan lagi adegan-adegan yang mengerikan yang menodai penaklukan Titus. Tentara infanteri dan kavaleri lari tunggang langgang di antara para buruan. Di tengah huru-hara yang mengerikan itu yang terdengar hanya rintihan dan jeritan kematian. Orang-orang yang menang itu menginjak-injak tumpukan mayat ketika mereka lari mengejar orang yang coba menyelamatkan diri dengan sia-sia."Raymond d'Agiles, yang menyaksikan peristiwa itu dengan mata kepalanya sendiri mengatakan: "Di bawah serambi masjid yang melengkung itu, genangan darah di dalamnya mengenai lutut dan mencapai tali kekang kuda." Aksi pembantaian hanya berhenti beberapa saat saja, yakni ketika pasukan Salib itu berkumpul untuk menyatakan rasa syukur kepada Tuhan mereka Yesus Kristus atas kemenangan mereka. Tapi begitu upacara perayaan itu selesai, pembantaian diteruskan dengan lebih ganas lagi.

Seterusnya Michaud berkata: "Semua yang tertangkap yang disisakan dari pembantaian pertama, semua yang telah diselamatkan untuk mendapatkan upeti, dibantai dengan kejam. Orang-orang Islam itu dipaksa terjun dari puncak menara dan bumbung-bumbung rumah, mereka dibakar hidup-hidup, diseret dari tempat persembunyian bawah tanah, diseret ke hadapan umum dan dikurbankan di tiang gantungan."Selanjutnya Michaud menambahkan: "Air mata wanita, tangisan anak-anak, begitu juga pemandangan dari tempat Yesus Kristus memberikan ampun kepada para algojonya, sama sekali tidak dapat meredakan nafsu membunuh orang-orang yang menang itu. Penyembelihan itu berlangsung selama seminggu.Beberapa orang yang berhasil melarikan diri, dimusnahkan atau dikurangkan jumlahnya dengan perbudakan atau kerja paksa yang mengerikan."

Archbishop Tyre, saksi mata melukiskan peristiwa itu sbb:
"It was impossible to look upon the vast numbers of the slain without horror; everywhere lay fragments of human bodies, and the very ground was covered with the blood of the slain. It was not alone the spectacle of headless bodies and mutilated limbs strewn in all directions that roused the horror of all who looked upon them. Still more dreadful was it to gaze upon the victors themselves, dripping with blood from head to foot, an ominous sight which brought terror to all who met them. It is reported that within the Temple enclosure alone about ten thousand infidels perished."

"Adalah mustahil untuk melihat keatas angka-angka luas yang dibunuh tanpa kengerian; di mana-mana diletakkan bagian-bagian tubuh manusia, dan seluruh lantai telah tertutup oleh darah para korban. Itu tidak sendiri karena pertunjukan besar tubuh-tubuh tanpa kepala dan terpotong-potong yang ditaburkan di segala jurusan, benar-benar membangunkan kengerian bagi semua yang melihatnya. Meski demikian yang lebih seram adalah untuk menatap atas para pemenang diri mereka, menitikkan darah seluruh badan, suatu penglihatan tidak menyenangkan yang membawa teror bagi semua menjumpainya. Itu dilaporkan di dalam lampiran kuil itu sendiri bahwa sekitar sepuluh ribu orang pengkhianat binasa."

Gustave Le Bon telah mensifatkan penyembelihan kaum Salib Kristen sebagaimana kata-katanya: "Kaum Salib kita yang 'bertakwa' itu
tidak memadai dengan melakukan berbagai bentuk kezaliman, kerusakan dan penganiayaan, mereka kemudian mengadakan suatu pertemuan yang memutuskan supaya dibunuh saja semua penduduk Yerusalem yang terdiri dari kaum Muslimin dan bangsa Yahudi serta orang-orang Kristen yang tidak memberikan pertolongan kepada mereka yang jumlahnya mencapai 60.000 orang. Orang-orang itu telah dibunuh semua dalam masa 8 hari saja termasuk perempuan, anak-anak dan orang tua, tidak seorang pun yang terkecuali."

Gustave Le Bon dalam bukunya "La Civilisation Islamique er Arabe" hal.407 juga mengatakan, "Kekejaman yang dilakukan oleh tentara salib terhadap kawan maupun lawan, tentara maupun rakyat sipil, wanita ataupun anak-anak, orang tua maupun anak muda, membuat mereka menduduki tempat teratas dalam sejarah kekerasan".

Salah seorang saksi sejarah, Robert The Monk, menulis sbb:
"Tentara kami menyerbu seluruh lorong, medan, serta di atas bumbung-bumbung rumah yang bersambungan seperti singa yang kehilangan anaknya. Kami mencabik-cabik anak-anak dengan kejam. Kami membunuh orang tua dan muda dengan pedang. Untuk mempercepat kerja, kami menggunakan satu tali untuk mengantung leher beberapa orang."Tentara merampas dan merampok apa saja yang mereka temukan. Mereka bahkan merobek perut para korban untuk mencari emas dan uang. Apa saja yang ditemukan, mereka rampas. Akhirnya, Bohemond mengumpulkan semua yang selamat, lelaki ataupun perempuan, yang cacat dan tidak berdaya di dalam sebuah istana, dan membunuh mereka semua. Mereka meninggalkan yang muda untuk dijual di pasar budak Antiochia.

Godfrey Hardouinville melaporkan kepada Paus, "Di Yerusalem, umat Islam yang ditangkap, dibunuh oleh orang-orang kami di halaman kuil Solomon hingga kuil itu dipenuhi dengan darah yang menggenang sampai ke lutut."

Ahli sejarah Kristen yang lain, Mill, mengatakan: "Ketika itu diputuskan bahwa rasa kasihan tidak boleh diperlihatkan terhadap kaum Muslimin. Orang-orang yang kalah itu diseret ke tempat-tempat umum dan dibunuh. Semua kaum wanita yang sedang menyusu, anak-anak gadis dan anak-anak lelaki dibantai dengan kejam. Tanah padang, jalan-jalan, bahkan tempat-tempat yang tidak berpenghuni di Yerusalem ditaburi oleh mayat-mayat wanita dan lelaki, dan tubuh anak-anak yang terkoyak-koyak. Tidak ada hati yang lebur dalam keharuan atau yang tergerak untuk berbuat kebajikan melihat peristiwa mengerikan itu." Penaklukan Yerusalem oleh tentara Salib benar-benar diwarnai dengan pembantaian yang tak pandang bulu (indiscriminate massacre). Kaummuslimin -meliputi semua umur dan jenis yang tak berdaya- dibantainya.

K. Hitti menuliskan, "Heaps of heads and hand feet were to be seen throughout the street and squares of the city." (Tumpukan dari kepala-kepala dan kaki tangan korban pembantaian dipamerkan di jalan-jalan dan di sudut-sudut kota).

Para ahli sejarah mencatat jumlah korban pembantaian itu sekitar 60.000 sampai 100.000 orang lebih. Peristiwa yang kejam ini, jika dibandingkan dengan penaklukan Shalahuddin al-Ayyubi dalam merebut kembali Yerusalem, tentu menimbulkan pertanyaan, "Benarkah motivasi agama (Kristen) menjiwai perang ini?".
Karena, berbeda 180 derajat dengan pembantaian yang dilakukan oleh pasukan Kristen, umat Islam sama sekali tidak melakukan pembantaian balasan ketika merebut kembali Yerusalem dibawah pimpinan Salahuddin Al-Ayyubi. Kristen membantai sangat banyak umat manusia ketika merebut Yerusalem,
sementara Islam dibawah pimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi berperilaku jauh lebih mulia dan beradab daripada Kristen ketika merebut Yerusalem kembali. Benar-benar bertolak belakang sekali memang antara Islam dengan Kristen itu. Sikap Salahuddin ini menambah harum namanya, baik di mata lawan maupun kawan.

Beberapa sejarawan Barat yang pernah menulis ketinggian pribadinya, antara lain Stanley Lane Poole. Berikut kisah Shalahuddin Al-
Ayyubi: http://groups.yahoo.com/

4. Tahun 1456. Pertempuran Belgrade 1456, 80.000 orang Turki dibunuh oleh orang-orang Kristen. Sampai disini saja entah sudah berapa banyaknya nyawa umat manusia yang telah dihabisi oleh orang Kristen. Umat Yahudi disembelih, umat Islam dibantai, bahkan umat seimanpun dihabisi juga oleh Kristen.Kekejaman dan kebiadaban Kristen memang terlalu spektakuler, mungkin sudah menjadi darah daging mereka untuk menghabisi nyawa orang. Buktinya jumlah manusia yang telah dibunuh oleh orang Kristen berkali-kali lipat lebih banyak daripada perbuatan sejenis yang dilakukan oleh umat Islam dan agama lainnya.

5. 3 Juni 1502, terjadilah pembunuhan massal di Kalikut, sebuah
kota pelabuhan di selatan India yang menjadi pusat perdagangan abad ke-16. Pembunuhan massal yang terjadi atas para pedagang Arab itu dilakukan oleh Vasco Da Gama seorang pelaut Portugis dan pasukannya. Awalnya, Vasco da Gama atas perintah raja Manuel dari Portugal, melakukan ekspedisi laut untuk mencapai India, salah satu tujuannya adalah untuk mencari rempah-rempah. Ekspedisi ini menggunakan empat kapal dengan 160 tentara dan pelaut.Mereka mengangkat sauh dari pelabuhan Lisabon tanggal 8 Juli 1497
dan tiba di pelabuhan Calicut pada tanggal 22 Mei 1498. Sebagaimana imperialis Barat lainnya, Vasco da Gama dengan segera mengklaim Calicut sebagai wilayah dagangnya dan timbullah pertentangan dengan para pedagang Arab. Akhirnya, Vasco da Gama memerintahkan pasukannya untuk membunuh massal para pedagang Arab yang berjumlah 800 orang tersebut. Calicut kini telah beralih nama menjadi Kozhikode.

6. 8 Mei 1621, 14.000 orang di pulau Banda, Maluku dibantai Kristen Belanda. Contoh kongkrit bisa dilacak lewat bukti lembaran sejarah pembantaian bangsa Banda pada tanggal 8 Mei 1621, yang menelan hampir seluruh jumlah penduduk pulau Banda sebanyak 14.000 orang. Penduduk asli Banda tiada tersisa (Willard A. Hanna; Indonesian Banda Colonialism and its aftermath in the nutmeg island).

7. Tahun 1808-1811. Untuk memperkuat pertahanan di Pulau Jawa, Gubernur Jendral Herman William Daendels memerintahkan pembuatan jalan raya
dengan kerja paksa (kerja rodi). Jalan itu sangat panjang, 1000 km terbentang dari Anyer sampai Panarukan. Si Kristen bengis Daendels MEMAKSA rakyat Indonesia untuk mengerjakan pembuatan jalan raya tersebut tanpa diberi upah. Ribuan rakyat Indonesia mati menjadi korban dalam pembuatan jalan
tersebut.

8. Tanggal 4 Maret tahun 1823, pasukan Yunani dalam era peperangan melawan tentara Imperium Ottoman, melakukan pembunuhan massal terhadap 12 ribu muslim di kota Tripolitza. Tentara Yunani dalam pertempuran itu mendapatkan dukungan dari beberapa negara Eropa.

9. Pada tahun 1830, Van Der Cappelen digantikan oleh Van Den Bosch sebagai Gubernur Jendral di Hindia Belanda. Ia diberi tugas untuk mengisi kas keuangan Belanda yang kosong. Setelah memeras otak beberapa lama, Van Den Bosch menemukan suatu cara. Ia memberlakukan kebijakan Cultur Stelsel atau Tanam Paksa. Tanam paksa menimbulkan penderitaan rakyat yang amat menyedihkan. Beban rakyat semakin berat. Hasil pertanian pun semakin turun. Rakyat
mengalami kelaparan. Banyak rakyat Indonesia yang mati kelaparan, gara-gara penindasan Kristen biadab. Sebaliknya, sistem tanam paksa ini menguntungkan Kristen Belanda. Kas negara Belanda yang tadinya kosong, kini terisi kembali. Hasil tanam paksa diangkut seluruhnya ke Belanda. Kemudian, hasil tersebut digunakan untuk membangun negeri Belanda.

10. 10 November 1945, kekejaman penjajah Inggris di Surabaya.Pada bulan November 1945 terjadi perang yang amat sengit antara tentara Inggris dengan pasukan Indonesia yang mempertahankan pelabuhan dan kota Surabaya. Sekitar dua minggu pasukan Indonesia yang sebagian besar hanya bersenjatakan senapan dan bambu runcing melawan tentara Inggeris yang bersenjata lengkap dan modern dengan dibantu kapal-kapal altileri, angkatan udara dan tank-tank. Peristiwa pemboman atas kota Surabaya pada tanggal 10 November 1945 yang dilakukan oleh Angkatan Perang Kerajaan Inggris, di mana diperkirakan telah jatuh korban sekitar 30.000 orang Indonesia tewas (beberapa pihak menyebutkan "hanya" 12.000 korban tewas), yang banyak diantara korbannya adalah para orangtua, wanita dan anak-anak ... adalah Crimes against humanity!

Pada tanggal 10 November 1945 di kota Surabaya, ibukota propinsi Jawa Timur Indonesia, dengan dalih: kematian Brigjen Mallaby, rakyat dan pemuda menghalangi perlucutan tentara Jepang oleh Sekutu, rakyat dan pemuda tidak mau menyerahkan tawanan Jepang dan senjatanya kepada Sekutu, pada tanggal 10 Nopember 1945 kota Surabaya dibombardir oleh kapal-kapal Sekutu dari laut dan pesawat-pesawat tempur mereka dari udara.Ribuan rumah di kota Surabaya hancur dan ribuan mayat bergelimpangan di mana-mana, berhari-hari Sekutu melakukan serangan tersebut dengan kejam tanpa pertimbangan perikemanusiaan sama sekali. Tujuan mereka supaya rakyat dan pemuda minta ampun dan menyerah kepada Sekutu (;Kristen Inggris).

Tetapi rakyat dan pemuda Surabaya dan satuan-satuan bersenjata lainnya yang pantang menyerah dan pantang minta ampun, makin menguatkan tekad dan semangat untuk meneruskan perlawanan bersenjata terhadap siapa saja yang akan memaksakan kembalinya penjajahan di Indonesia.

Perlawanan yang gagah berani, pantang menyerah dan dengan semangat berkobar-kobar dari kaum patriot Indonesia untuk membela tanah airnya melawan agresor di Surabaya itu membangkitkan semangat perlawanan patriot Indonesia lainnya di seluruh Indonesia.Atas dasar ideologi dan semangat rakyat dan pemuda Surabaya yang pantang menyerah itulah maka tanggal 10 Nopember dijadikan "Hari Pahlawan" di Indonesia.

Dalam pertempuran Surabaya melawan pasukan Inggris pada bulan November 1945 ini, tidak sedikit peranan pemuda-pemuda Tionghoa dan Arab yang
ikut berjuang, bahu membahu melawan penyerbuan Kristen Inggris. Berkenaan dengan pertempuran Surabaya, pada tanggal 12 November 1945, Bung Karno mengucapkan pidato antara lain

"Ratusan orang Tionghoa dan Arab yang tidak bersalah dan suka damai, yang datang di negeri ini untuk berdagang, terbunuh dan luka-luka berat. Kurban di pihak Indonesia lebih banyak lagi. Saya protes keras terhadap pemakaian senjata modern, yang ditujukan kepada penduduk kota yang tidak sanggup mempertahankan diri untuk melawan".

11. 5 Juli 1962, setelah berjuang selama bertahun-tahun dan mengorbankan sekitar saju juta syuhada, rakyat muslim Aljazair akhirnya berhasil meraih kemerdekaan mereka.Pada tahun 1830, Prancis datang menyerang Aljazair dengan tujuan
menjadikan negara itu sebagai wilayah jajahannya, namun mendapat perlawanan
keras dari bangsa Aljazair. Salah satu pejuang kemerdekaan Aljazair yang
terkemuka adalah Amir Abdul Qadir Aljazairi sejak tahun 1932. Pada 18 Februari 1834, tentara Prancis mengalami kekalahan telak
melawan pasukan Amir Abdul Qadir Aljazairy. Sepertiga tentara Prancis
tewas dalam pertempuran itu dan setengah dari tentara yang masih hidup menjadi tawanan perang.

Kristen kolonialis Prancis yang baru pertama kalinya mengalami
kekalahan besar di Afrika, menawarkan perdamaian. Namun, pemimpin perjuangan
rakyat Aljazair, Amir Abdul Qadir Aljazairy itu menolak tawaran damai itu
dan meneruskan perjuangannya sehingga hampir seluruh kawasan Aljazair
berhasil dibebaskan. Namun pada tahun 1836, tentara Prancis kembali
mengalahkan pasukan Abdul Qadir.Pada tanggal 18 November 1839, dimulailah periode kedua perjuangan
rakyat Aljazair melawan penjajahan Prancis. Dalam perang ini, Kristen
Prancis menambah pasukannya dalam jumlah besar dan menggunakan strategi
penghancuran terhadap basis-basis militer Abdul Qadir.
Selain itu, tentara Prancis juga membuat rakyat kelaparan dengan
cara menghancurkan ladang, kebun buah, dan hewan ternak. Akhirnya, Amir
Abdul Qadir terpaksa menyerah pada tahun 1847 dan dipenjarakan di
Prancis. Dengan kekalahan tersebut, Prancis pun berkuasa penuh atas Aljazair.
Dengan leluasa, Prancis menguras hasil bumi negara ini dan menindas
rakyat Aljazair.Sekitar satu abad kemudian, setelah Perang Dunia Kedua, sekali
lagi rakyat Aljazair memulai perjuangannya melawan penjajahan Prancis. Pada tanggal 31 Juli 1962, barulah Aljazair meraih kemerdekaannya.

12. 19 Juni 1971. Sekitar 70 orang Moro, baik laki-laki, wanita
dan anak-anak tanpa ampun dibantai oleh kelompok Ilaga Movement yang
dibacking orang-orang Katolik Biadab dari Militer Filipina pada salah satu
masjid di Barrio Manili, Carmen Cotabato Utara. Peristiwa yang kemudian
dikenal dengan Pembantaian Manili ini, membuktikan bahwa peperangan antara bangsa
Moro melawan Filipina adalah konflik religius. Yaitu kebencian mendalam
Katolik Filipina terhadap agama Islam yang dianut oleh mayoritas penduduk
di Mindanao Selatan. Sampai detik ini total lebih dari 30 ribu muslim
di Filipina yang tewas menjadi korban kekejaman pemerintah Filipina.

13. Tahun 1982. Pada tanggal 17 September 1982, terjadi pembunuhan
massal terhadap warga sipil Palestina yang menghuni kamp penampungan
Shabra dan Shatila di Lebanon oleh kelompok Phalang/Kristen dari Tentara
Lebanon Selatan (SLA) yang didukung oleh tentara Zionis Israel.Dengan persetujuan Menachem Begin, Perdana Menteri Israel dan atas
perintah Ariel Sharon, Menteri Perang Israel pada waktu itu, pada dini hari
tanggal 17 September, tentara Zionis mengepung kamp pengungsi Shabra dan
Shatila. Lalu, kelompok Phalang memasuki kamp tersebut dan memperkosa serta
membunuh warga sipil Palestina yang umumnya wanita, anak-anak, dan orang
tua. Pembunuhan massal ini berlangsung selama 40 jam dan 3300 orang
telah terbunuh.

14. 14-15 April 1986. Selama dua hari Kristen AS atas perintah Presiden Ronald Reagan, -yang sudah mampus dan sedang dalam perjalanan
menuju neraka jahannam- mengebom Tripoli dan Benghazi, kota-kota terpenting di
Libya, yang menewaskan seratus orang menurut pers barat dan enam puluh orang
menurut laporan resmi Libya, sebagian besar penduduk sipil. Tujuan Kristen biadab AS melakukan pengeboman itu adalah untuk
membunuh Presiden Libya yang berdaulat, Kolonel Muammar Qaddhafy, namun
hasilnya ternyata meleset. Qaddhafy selamat, namun salah seorang anak
tirinya yang tidak bersalah berhasil dimampuskan oleh Kristen biadab AS.Berikut bunyi sebuah surat yang cukup mengharukan dari seorang
anak perempuan Libya berusia tujuh tahun, yang ia tujukan pada presiden
AS Ronald Reagan setelah pengeboman itu. Saudara perempuan satu-satunya
bocah cilik tersebut telah terbunuh akibat pemboman Kristen AS. Tulisan tangan bocah ini

15. Berbagai pembantaian Kristen terhadap Umat Islam terjadi dimana-mana hingga saat ini, negara-negara Muslim di fitnah dan penduduknya di bunuh mulai dari Irak, Palestina, Libya, Chechya, Filipina, Pakistan, Afganistan, Libanon, Maroko, Turki hingga Indonesia.... sampai saat ini.


20 CONTOH KEBIADABAN KRISTEN TERHADAP KRISTEN YANG MENENTANG KRISTEN


Pertama.
Penindasan terhadap Arius, tokoh aliran Unitarian. Pada tahun 325 Masehi,
Kaisar Romawi, Konstantin mengadakan kongres yang dikenal dengan Konsili
Nicea yang dihadiri oleh 2.048 utusan dari berbagai negeri untuk menetapkan
konsep ketuhanan dan Injil yang dianggap sah, karena terjadi pertentangan
antara aliran Unitarian dengan Trinitarian.

Aliran Unitarian berpandangan bahwa Tuhan itu satu -sama seperti ajaran
seluruh nabi-nabi Yahudi seperti nabi Musa, Ibrahim, Daud dll- melawan
aliran Trinitarian yang berpandangan bahwa Tuhan itu satu tapi terdiri dari
tiga oknum Tuhan (three in one).
Dogma Trinitarian ini diciptakan oleh
Paulus dan jelas bertentangan dengan ajaran seluruh nabi-nabi Yahudi selama ribuan tahun.
Salah satu tokoh Trinitarian yang paling terkenal adalah Athanasius.
Sedangkan tokoh aliran Unitarian adalah Arius, seorang ketua majelis
agama/gereja digereja Baucalis Alexandria, salah satu gereja tertua dan
terpenting dikota itu pada tahun 318 M.
Logika Arius adalah:
“Jika Yesus itu benar-benar anak Tuhan, maka Bapa harus ada lebih dahulu.
Oleh karena itu harus ada “masa” sebelum adanya anak. Berarti anak adalah
makhluk. Maka dari itu anak tidak selamanya ada atau tidak abadi. Sedangkan Tuhan yang sebenarnya adalah abadi, berarti Yesus tidaklah sama dengan Tuhan.” Beliau juga mengatakan: “Ada masa sebelum adanya Yesus, sedangkan Tuhan sudah ada sebelumnya. Yesus ada kemudian, dan Yesus hanyalah makhluk biasa yang bisa binasa seperti makhluk-makhluk lainnya. Tetapi Tuhan tidak akan binasa.”
Namun karena konsili berpihak kepada kelompok Trinitarian, maka para tokoh
Unitarian pun dibungkam pendapatnya dan kemudian disisihkan. Seperti Arius
ini walaupun pendapatnya benar namun karena dianggap sesat oleh Gereja, maka
beliau akhirnya dikucilkan oleh Gereja sampai akhir hayatnya.
Dan karena pihak Trinitarian telah menjadi pemenang dalam Konsili tersebut,
maka Injil-injil yang menurut kalangan Trinitarian mendukung ketuhanan Yesus
pun kemudian dikumpulkan -termasuk surat-surat Paulus yang dikirimkan kepada
teman-temannya- oleh mereka, tidak lupa secara licik diselundupkan beberapa
ayat baru (PALSU) seperti misalnya tiga kasus penyusupan ini:
3 AYAT PALSU DALAM ALKITAB
http://groups.yahoo.com/group/islamkristen/message/129854
Setelah itu kemudian ayat-ayat “gado-gado” itu digabungkan dan kemudian
dijilid menjadi satu dalam buku/kitab yang kemudian kita kenal dengan nama
Perjanjian Baru (The New Testament), dan Kitab tersebut kemudian dijadikan
sebagai Kitab Suci umat Kristen (baca: Trinitarian). Sedangkan
puluhan-puluhan Injil lainnya tidak diakui, seperti Injil Barnabas dll.
Arius sangat menentang keras keputusan Nicea pada tahun 325 M. Sebelum
matinya, Arius sempat mengeluhkan mengenai keadaan dirinya yang senantiasa
mendapatkan tantangan dari orang-orang gereja Paulus. Hal itu dikatakannya
kepada salah seorang sahabatnya bernama Eusibius dari Nicomedia yang
merupakan salah seorang sahabatnya ketika sama-sama belajar dengan Lucian.
Setelah itu semakin lama aksi kekerasan terhadap siapapun yang tidak sefaham
dengan dogma Trinitarian semakin kasar dan kejam.

Kedua
Tahun 395. Kaisar Theodosius membentuk institusi gereja Kristen yang
dikenal dengan Inkuisisi (Inquisition). Inkuisisi adalah institusi hukum
kepausan yang dibentuk untuk memberantas kaum heretic, kekuatan magic dan
kekuatan yang dianggap berbahaya. Inkuisisi memiliki kekuasaan yang tak
terbatas. Siapapun yang dianggap berbahaya ditangkap dan dijatuhi hukuman
dari yang ringan sampai yang berat seperti digantung, dibakar hidup-hidup,
dibunuh pelan-pelan, giginya dicabut satu persatu, kulitnya dikelupas, dst.

Ketiga
Tahun 431, Konsili Ekumenikal Efesus. Konsili ini mengutuk Nestorianisme,
ajaran kristen yang menyangkal persatuan sifat keAllahan dan kemanusiaan
dalam Kristus. Konsili ini mendefinisikan gelar Maria sebagai Theotokos
(Pembawa Allah), juga gelar Bunda Putera Allah yang menjadi Manusia, dan
mengutuk Pelagianisme.
Ajaran Kristen Pelagianisme, bermula dari asumsi bahwa Adam memiliki hak
alami terhadap hidup supernatural, berpegang bahwa manusia bisa mendapatkan
penyelamatan lewat usaha-usaha dari kekuatannya yang alami dan kehendak
bebas. Ajaran ini meliputi menentang terhadap pemahaman dosa asal, makna
dari rahmat dan hal-hal lainnya. Variasi ajaran Kristen Pelagianisme lainnya
juga dikutuk oleh sebuah konsili di Orange pada tahun 529. Dalam konsili ini
pula diputuskan untuk memburu semua pengikut Kristen Pelagianisme untuk
dimusnahkan.

Keempat.
Tahun 1142. Gereja membakar hidup-hidup Abelard, seorang filosof dan
tokoh Kristen di Prancis.

Kelima
Tahun 1215. Kekuasaan absolut Paus di dalam Katolik Eropa pada abad ke 12
dan ke 13 menimbulkan reaksi yang tak terduga. Pada saat itu, muncul
beberapa gerakan menyimpang pembawa doktrin baru yang dikecam oleh Paus.
Keresahan Paus dan kelompok Katolik menjadi sedemikian besar terhadap
gerakan penyimpangan ini, sehingga pada tahun 1215 masehi, Paus membentuk
Lembaga Inkuisisi untuk memerangi dan memberantas penyimpangan tersebut.
Lembaga ini mempunyai cabang di setiap kota di Prancis, Italia, Jerman,
Polandia, Spanyol dan negeri-negeri Kristen yang lain. Orang yang dituduh
melakukan penyimpangan akan berhadapan dengan para penyelidik. Jika didapati
bersalah, ia akan menerima hukuman yang berat.
Lembaga ini memiliki kekuasaan yang besar, sampai-sampai menekan segala
bentuk kebebasan berfikir. Siapapun yang dicurigai memiliki ide dan
pandangan yang bertentangan dengan pandangan gereja akan disiksa dengan
keras. Malah lembaga ini adakalanya mengeluarkan hukum vonis sesat pada
mereka yang sudah mati, dan memerintahkan supaya kerandanya dikeluarkan dari
kuburan. Proses ini dijelaskan oleh Will Durant dalam bukunya History of
Civilisation vol 18 halaman 35 sebagai berikut:
“Mahkamah Inspeksi Ide, Hukum, dan Agama memiliki tatacara legalnya sendiri.
Sebelum mahkamah lokal didirikan, akta-iman akan dibacakan di seluruh mimbar
gereja. Akta ini menuntut informasi tentang orang-orang yang dicurigai
berpaham atheis, tidak beragama, atau sesat. Orang-orang tersebut akan
diseret ke muka pengadilan. Tetangga, rekan, dan sahabat diminta untuk
menjadi informan.
Informan diberi jaminan untuk dirahasiakan dan dilindungi. Siapa saja yang
dianggap sebagai atheis, atau gagal untuk membuktikan bahwa dirinya bukan
atheis, akan dipenjarakan dan diancam dengan penyingkiran, kecaman, dan
berbagai larangan. Adakalanya yang sudah mati divonis sebagai atheis dan
memperolok-olok Tuhan. Upacara khusus dijalankan untuk menunjukkan hukuman
yang dikenakan kepada mereka. Harta mereka dirampas. Ahli waris yang
seharusnya mewarisi harta mereka disingkirkan dari hak waris. 30 hingga 50
persen harta orang mati yang divonis tadi, diberikan kepada yang mendakwa.
Bentuk hukuman juga berlainan mengikuti tempat dan waktu yang berbeda-beda.
Di satu tempat, si terdakwa digantung dengan tangan diikat pada bagian
belakangnya. Di tempat lain terdakwa diikat sedemikian rupa sehingga tidak
bisa bergerak, dan air dikucurkan ke dalam tenggorakannya sampai mati lemas.
Ada pula yang diikat dengan tali sedemikian keras pada bagian lengan dan
kaki sehingga ikatan itu melukai tulangnya.”

Keenam.
Tahun 1415 di Spanyol 31.000 orang yang menentang gereja dibakar.

Ketujuh
Tahun 1416. Gereja juga membakar John Hus dan Jerome sampai mati
di Bohemia.

Kedelapan.
Pada awal abad ke 16, lembaga ketiga dibentuk di Eropa, yang dimulai oleh
Marthin Luther dengan nama Protestan. Luther yang berasal dari Jerman dan
pengikutnya menentang sikap Paus yang menjual tempat di surga dengan
meringankan hukuman atas dosa yang dilakukan.
Marthin Luther, seorang reformis dalam agama kristen, terlahir ke dunia di
Eisleben, Jerman pada tanggal 13 Mei tahun 1483. Luther menuntut ilmu di
Universitas Erfurt dan kemudian bekerja sebagai pengajar teologi. Martin
Luther kemudian melakukan penelitian dan dia mengemukakan banyak pendapat
yang berbeda dengan pandangan umum gereja Katolik saat itu.
Sejak tahun 1517, Martin Luther menyampaikan kritikannya secara
terang-terangan sehingga akhirnya terpaksa bersembunyi karena dikejar-kejar
pihak gereja untuk dibunuh. Selama dalam persembunyian itu, Martin Luther
menulis terjemahan Injil ke dalam bahasa Jerman, sesuatu yang dilarang keras
oleh gereja Katolik. Ide-Ide Martin Luther kemudian berkembang menjadi
aliran Protestan yang menjadi sumber dari berbagai perang dan pertarungan
politik di Eropa.

Mereka berusaha untuk memperbaiki seluruh gereja dan membersihkannya dari
kekeliruan dan korupsi. Usaha mereka malah menambah perpecahan dalam tubuh
agama Kristen. Pengikut Luther yang berjumlah sangat besar, termasuk
sebagian besar Eropa Utara menolak kekuasaan Paus dan mendirikan kelompok
Kristen Ketiga.
Kelompok Kristen bentukan Marthin Luther ini adalah aliran yang sekarang
kita kenal dengan nama Kristen Protestan. Alkitab yang mereka gunakan adalah
hasil “njiplak” begitu saja tanpa malu-malu Alkitab milik Gereja Katolik,
namun Marthin Luther membuang dengan seenak udelnya tujuh kitab dalam
Perjanjian Lama, sehingga Alkitab Protestan hanya berjumlah 66 kitab,
sedangkan Katolik 73 kitab. Jadi Alkitab Protestan lebih tipis tujuh kitab
dari Katolik.
Kitab-kitab yang telah dibuang oleh Marthin Luther sehingga kini tidak
terdapat dalam Alkitabnya Protestan adalah Kitab Tobit, Yudit, Kebijaksanaan
Salomo, Yesus bin Sirakh, Barukh, 1 Makabe dan 2 Makabe.

Kesembilan.
Tahun 1553. Kala Protestan berkuasa di Jenewa, Swiss, hal bakar-membakar
manusia yang padahal tak lain adalah citra-Nya sendiri itu masih juga
berlangsung. Seperti di sebuah hari di musim gugur pada tahun 1553.
Korbannya adalah Michael Servetus, seorang ahli agama asal Spanyol. Ia
dihukum mati di bukit Champel, di selatan Kota Jenewa. Ia diikat ke sebuah
tiang, dan dibakar pelan-pelan. Ia tewas kesakitan dengan tubuh menghangus.
Ia dibakar hidup-hidup karena dianggap sesat oleh pemerintah Kota Jenewa.
Yang memilukan, saat itu Kota Jenewa dipimpin oleh seorang yang sangat
terkenal sebagai tokoh reformasi, yang tak lain adalah John Calvin.
Apa salahnya Michael Servetus sehingga harus dibunuh secara bengis begitu?
Tak lain dan tak bukan adalah ia hanya menulis buku, ia menulis surat, ia
berpendapat. Tetapi ia punya kesimpulannya sendiri tentang Tuhan, dan sebab
itu mengusik para penjaga iman Protestan di Jenewa, kota yang telah jadi
sebuah teokrasi yang lebih keras ketimbang Roma. Adalah Jean Calvin sendiri
yang menyeret Servetus ke dalam api. Pelopor dahsyat dari Protestanisme
itulah yang memimpin Jenewa ke suatu masa ketika iman sama artinya dengan
ketidaksabaran.
Servetus sebenarnya hanya salah satu suara yang mengguncang, di zaman ketika
doktrin retak-retak seperti katedral tua yang digoncang gempa. Ia lahir di
Villanueva, Spanyol, mungkin di tahun 1511. Ia bermula belajar ilmu hukum di
Toulouse, Prancis. Di sini ia menemukan injil, yang ia baca “seribu kali”
dengan haru. Tapi kabarnya ia juga membaca Qur’an dan terpengaruh oleh
Yudaisme, dan sebab itu sangat meragukan doktrin Trinitas. Marthin Luther
menjulukinya “Si Arab”.
Di tahun 1531 ia menerbitkan bukunya, De Trinitatis erroribus libri vii
(Kesalahan Trinitas). Konon ia mengemukakan bahwa inilah arti Yesus sebagai
“Putra Allah”, yaitu “Tuhan Bapa mengembuskan Logos ke dalam dirinya, tapi
Sang Putra tak setara dengan Sang Bapa”. Seperti dikutip oleh Will Drant
dalam jilid ke-6 The Story of Civilization, bagi Servetus, Yesus “dikirim
oleh Sang Bapa dengan cara yang tak berbeda seperti salah seorang Nabi”.
E.M. Wilbur dalam bukunya “History of Unitarianism” mengemukakan pendapat
Michael Servetus itu dalam karangannya berjudul “The Error of Trinity” yang
terlarang itu antara lain sebagai berikut:
“Servetus confesses that in his book he called believers in Trinity
trinitarians and atheists. He declared our evangelical religion to be
without faith and without God, and that in place of God we have a
threeheaded Cerberus” (Servetus mengakui bahwa di dalam bukunya ia menyebut
para penganut Trinitas adalah Trinitarians dan Atheist. Ia menyatakan bahwa
agama kita yang berdasar Injil itu adalah tanpa iman dan tanpa Tuhan, kita
menempatkan di tempat Tuhan itu Cerberus Dewa Pengawal yang berkepala Tiga).
Servetus menulis bukunya itu ketika ia berusia 20-an tahun, dengan bahasa
Latin yang masih kaku, buku itu cukup membuat amarah para imam Katolik dan
pemimpin Protestan sekaligus, di tengah suhu panas (dan berdarah) yang
menguasai mereka. Di tahun 1532, Servetus pun buru-buru pindah ke Prancis.
Tapi di sana ia dihadang. Badan Inkuisisi Gereja Katolik -yang bertugas
mengusut lurus atau tidaknya iman seseorang, dengan cara menginterogasinya
dan kalau perlu menyiksanya- mengeluarkan surat perintah penangkapan.
Servetus lari lagi sampai Wina, Austria dengan nama samaran Michel de
Villeneuve. Selama itu ia berhasil menguasai ilmu kedokteran, tetapi ia toh
selalu ingin mengemukakan pendapatnya tentang agama.
Di tahun 1546 ia menyelesaikan Christianismi Restitutio, dan mengirim
naskahnya ke Calvin. Mungkin ia ingin menunjukkan oposisinya terhadap tafsir
Calvin atas injil. Bagi Servetus, Tuhan tak menakdirkan sukma manusia ke
neraka. Baginya, Tuhan tak menghukum orang yang tak menghukum dirinya
sendiri. Iman itu baik, tetapi Cinta Kasih lebih baik.
Calvin, yang memandang Tuhan seperti yang tergambar dalam Perjanjian Lama
-angker dan penghukum- tak melayani Servetus. Ia hanya mengirimkan karyanya,
Christianae religionis institutio. Servetus pun mengembalikannya -dengan
disertai catatan yang penuh hinaan, disusul dengan serangkaian surat yang
mencemooh- “Bagimu manusia adalah kopor yang tak bergerak, dan Tuhan hanya
sebuah gagasan ganjil dari kemauan yang diperbudak”. Calvin tak bisa
memaafkan cercaan ini.
Calvin pula, lewat orang lain, yang memberitahu padri inkuisitor di Prancis
tentang tempat bersembunyi Servetus. Kerja sama Protestan-Katolik yang tak
lazim ini yang akhirnya membuat Servetus tertangkap di Wina. Ia memang
berhasil melarikan diri. Tapi nasibnya sudah diputuskan: pengadilan sipil
Wina, dengan napas Gereja Katolik, memvonisnya dengan hukuman bakar bila
tertangkap.
Anehnya ia lari ke Jenewa, tempat Calvin berkuasa. Mungkin Servetus berpikir
bahwa orang protestan, yang di Prancis dianiaya karena berbeda keyakinan,
akan lebih toleran di kota itu. Tapi ternyata tidak. Mereka membakarnya.
Calvin kemudian membela kekejaman di bukit Champel itu dengan sebuah argumen
yang kita kenal: Aku beriman kepada Kitab Suci, maka akulah yang tahu
kebenaran itu. Yang tak sama dengan aku adalah musuh ajaran, musuh Tuhan,
harus ditiadakan.
Argumen dengan api itu masih bisa kita dengar kini, dalam pelbagai versinya,
dalam pelbagai agama, meskipun di tahun 1903, seperti sebuah sesal, sebuah
monumen untuk Servetus dibangun di bukit Champel. Salah satu donaturnya:
gereja Protestan yang dulu dipimpin Calvin. Tampaknya manusia sudah lebih
sadar tentang kerumitannya sendiri, sedikit.

Kesepuluh.
Tahun 1556. Pada 7 Juli 1556, 8 pastor dan 12 guru Jesuit memasuki
Ingoistadt, Jerman. Dimulailah era baru bagi Bavaria. Konsepsi Katolik Roma
mengatur arah politik para pangeran
dan tingkah laku para bangsawan Bavaria. Tetapi konsepsi itu hanya
menjangkau kalangan atas saja, tidak rakyat biasa. Walaupun demikian
disiplin besi yang diterapkan oleh negara dan gereja membuat masyarakat
Bavaria menjadi umat Katolik yang setia, patuh, fanatik dan tidak toleran
terhadap para “heresy” (pembangkang agama).
Mayrhofer of Ingoistadt, seorang Jesuit, mengajarkan bahwa orang-orang
Jesuit (anggota Ordo Jesuit) tidak akan dihakimi jika kami memerintahkan
untuk membunuh kaum Protestan, lain halnya kalau kami diminta menjatuhkan
hukuman mati untuk para pencuri, pembunuh, penghianat dan para pelaku
revolusi.
Pada tahun 1563, sesaat setelah para pastor Jesuit tiba di Bavaria (Jerman),
kelakuan Albert V terhadap kaum Protestan dan semua yang simpatik terhadap
Protestan semakin kejam dan menjadi-jadi. Sejak tahun 1563, tanpa belas
kasihan dia memusnahkan semua orang-orang yang tidak patuh dan juga para
penganut Anabaptis, mereka ditenggelamkan, dibakar, dipenjarakan dan
dirantai. Semua tindakan Albert V itu disetujui oleh Jesuit Agricola.
Pada tahun 1571, Archduke (bangsawan agung) Charles of Styrie, putra
terakhir Ferdinand menikah dengan seorang putri bangsawan Bavaria tahun
1571. Dibawah pengaruh putri ini, Charles bekerja keras memusnahkan para
heresi, orang-orang yang tidak sejalan dengan Katolik dari kerajaannya.

Kesebelas.
Tahun 1561. Berdasarkan sebuah laporan dari Jesuit, Emmanuel Phillibert
of Savoy melakukan penghakiman berdarah terhadap para Heresi (orang-orang
yang tidak sejalan dengan faham Katolik Roma) tahun 1561. Hal yang sama
terjadi di Calabria, Casal di San Sisto dan Guardia Fiscale. Jesuit sangat
berkuasa di Parma dan Napoli, Italia selama abad ke-16 dan ke-17.
Tetapi di Venice, dimana mereka sebelumnya diterima dengan segala kemurahan
hati, kemudian dipaksa keluar dari kota tersebut pada 14 Mei 1606. Mereka
kembali lagi tahun 1656, tetapi pengaruh mereka di Republik Venice tersebut
tidak ada lagi.

Keduabelas.
Tahun 1570. Dalam Kiblat No.: 19/XXX buku “Jesus Prophet of Islam”
mencatat isi surat Adam Neuser yang telah dikutip oleh Areland di dalam
bukunya berjudul “Treaties Concerning The Mohametons” halaman 215-223, surat
itu dikirim kepada Yang Mulia Sultan Selim II (memerintah 1566-1574) Emperor
Turki Usmani di Istambul. Surat itu dewasa ini termasuk dalam “Antiquities
Palatinae” tersimpan dalam arsip kota Heidelberg. Isi surat itu di
antaranya:
“Saya Adam Neuser, seorang Kristen kelahiran Jerman dan menjabat Penginjil
(Preacher) orang banyak di Heidelberg, dengan ini menyatakan ingin mengungsi
ke bawah perlindungan Paduka Tuan, ingin menyerahkan diri sepenuhnya pada
Allah beserta Nabi Paduka Tuan. Dengan anugerah Allah Yang Maha Kuasa saya
lihat dan saya ketahui dan saya percaya sepenuh hati bahwa ajaran yang Anda
anut dan ajaran agama anda (Islam) adalah murni dan jelas diterima Allah”.
Sebagai akibat suratnya itu Adam Neuser ditangkap dan dipenjarakan bersama
kedua pengikutnya bernama Sylvan dan Mathias Vehe. Pada tanggal 15 Juli 1570
Adam Neuser dan kawan-kawan lolos tetapi tertangkap kembali dan dihukum
mati. Namun sebelum dilaksanakan dia sendiri dibantu lolos oleh
simpatisannya dan akhirnya tiba di Istambul dengan selamat dan menjadi
penyiar Islam disana.

Ketigabelas.
Akhir tahun 1586, para penganut Anabaptis dari Movaria berhasil
menyembunyikan 600 korban yang selamat dari penyiksaan Duke Guillaume. Ini
satu contoh yang membuktikan bahwa beribu-ribu dan bukan beratus-ratus yang
dimusnahkan oleh Ordo Jesuit. Benar-benar kekejaman yang mengerikan yang
menimpa negara berpopulasi rendah ini. Secara perlahan, semua pengajaran di
Bavaria diserahkan kepada Jesuit dan bumi Bavaria menjadi pusat penetrasi
Jesuit ke Jerman bagian barat, timur dan selatan.

Keempatbelas.
Tahun 1579. Penindasan Gereja terhadap Francis David. Francis David
(1510-1579) semula menganut Protestan yang sangat brilyan dan ketika Luther
dan Calvin pecah, David mengikuti Calvin. Pada tahun 1566 ia menghasilkan
pengakuan keimanan (Confession of Faith) yang mencengangkan. Di antara
isinya:
“Bentuk Kebaktian yang bagaimanapun sederhananya tidak boleh ditujukan
kepada Kristus tetapi kepada Allah Tuhan Bapa”. (The Forms of simple prayers
are directed not to Christ, but to the Father).
“Kristus, Guru Kebenaran mengajarkan, bahwa tiada siapapun tempat mohon
pertolongan terkecuali hanya Allah Tuhan di surga”. (Christ, the Teacher of
Truth taught no one is to be invoked beside the Heavenly Father).
Francis David tidak melakukan kesalahan apa-apa, apa yang dilakukannya
hanyalah mengatakan apa yang tertulis dalam Alkitab apa adanya. Dia hanya
mencoba untuk berlaku jujur. Tetapi Francis David karena pernyataannya itu
dihukum seumur hidup dan mati dipenjara pada tahun 1579. Setelah David mati
ditemukan sajak yang ditinggalkannya di penjara yang kemudian tersebar
berbunyi:
“Dua puluh tahun dengan jujur
Aku melayani negaraku
Dan terhadap pangeran
Kesetiaanku dapat dibuktikan
Apakah anda pertanyakan kejahatan
Yang dituduhkan tanah air padaku?
Cuma disebabkan keyakinanku Allah itu Esa bukan tiga
Yang aku sembah
Walaupun petir, salib dan pedang Paus
Serta maut tampil di depan mata
Bahkan kekuasaan apapun
Tidak akan mampu mencegah
Perkembangan kebenaran
Apa yang aku rasakan
Dan aku tuliskan
Dengan ikhlas hati
Aku Bicara
Sesudah kematianku
Dogma kepalsuan akan ambruk”

Kelimabelas.
Tahun 1600. Seorang pakar astronomi yang sepemahaman dengan Copernicus,
yakni Bruno Giordano, mengalami nasib yang lebih tragis. Ia dijatuhi fatwa
mati oleh pihak gereja karena dianggap ajarannya melawan kebenaran isi
Alkitab.
Karena Giordano masih kepingin hidup lebih lama, mengetahui nyawanya
terancam oleh fatwa mati ia segera kabur menyelamatkan diri. Perjuangannya
ternyata menuai kegagalan. Tahun 1600 ia berhasil ditangkap oleh pihak
berwajib di Compo de Fiori, Italia dan dijatuhi hukuman mati, yakni dengan
cara dibakar hidup-hidup!

Keenambelas.
Tahun 1613. Kasus yang menimpa Galileo Galilei. Penganut kristiani saleh
yang lahir 15 Februari 1564 ini, pada tahun 1613 menerbitkan sebuah karya
berjudul “Sejarah dan Konsep-konsep tentang Noda Matahari Beserta
Fenomenanya”, yakni sebuah ulasan yang menunjukkan dukungan pada teori
Copernicus.
Pada tanggal 22 Juni tahun 1633, Galileo Galilei, astronom, matematikawan,
dan fisikawan Italia abad ke-17, diajukan ke pengadilan gereja karena
pemikirannya dianggap bertentangan dengan kebijakan gereja. Pada zaman itu,
gereja meyakini bahwa bumi adalah pusat alam semesta dan planet-planet lain
berputar mengelilingi bumi. Pada tahun 1632, Galileo menulis sebuah buku
yang menolak pandangan ilmuwan bernama Bartholomeus berkenaan dengan sistem
tata surya.
Dalam buku itu, Galileo mengemukakan hasil penelitiannya, bahwa mataharilah
pusat tata surya dan bumi serta planet-planet lainnya berputar mngelilingi
matahari.
Tahun 1633, gereja menuduh teori “Matahari Centris” sebagai ajaran sesat dan
melarang Galileo yang penemu thermometer ini untuk memberi ceramah. Tahun
1633, “Bapak Sains Masa Kini” ini dibawa ke Roma, dihadapkan ke Pengadilan
Gereja dan dijatuhi hukuman seumur hidup.
Gereja kemudian menjatuhkan vonis kafir kepada Galileo dan mengancamnya
dengan hukuman mati. Demi menghindari hukuman mati, Galileo menyatakan
menarik pandangannya itu, namun ketika keluar dari pengadilan, dia
mengatakan, “Meskipun demikian, bumi tetaplah berputar.”
Galileo meninggal tahun 1642 dan statusnya sebagai tahanan rumah dibawanya
sampai mati. Ironis, akhirnya kemudian terbukti pendapat Galileo Galilei
bahwa bumi yang mengelilingi matahari adalah benar, sedangkan pendapat
Alkitab bahwa mataharilah yang mengelilingi bumi adalah salah.

Ketujuhbelas.
Gereja memenjarakan Christopher Columbus yang menemukan benua tanpa
memberitahu Saint Paul. Gereja memvonis setiap penemuan hukum alam, evolusi
dunia, ataupun benua yang sebelumnya tidak diramalkan oleh kitab suci,
sebagai sebuah pelanggaran moral.

Kedelapanbelas.
Gereja menyingkirkan Pascal dan Montey karena dianggap tidak bermoral,
dan Muller dengan tuduhan pencabulan.

Kesembilanbelas.
Tahun 1619. Wabah fatwa mati ternyata tak hanya menimpa Giordano, tapi
juga Lucilio Vanini. Ilmuwan yang sealiran dengan Copernicus ini ditangkap
di Kota Toulouse pada tahun 1619 karena dianggap menghina Tuhan. Ia menerima
hukuman dari gereja yang begitu kejam, yakni dipotong lidahnya dan dibakar
hidup-hidup!

Keduapuluh.
Tahun 1741. Thomas Emlyn (1663-1741) lahir di Dublin Irlandia dan
lulusan Cambridge University telah mengarang buku berjudul: “An Humble
Inquiry Into The Scripture Account Of Jesus Christ”.
Dalam buku itu Emlyn telah menafsirkan Bible mengenai Yesus Kristus dengan menempatkannya dalam kedudukan sebagai Mediator (perantara) di antara manusia dengan Tuhan. Lalu secara halus Emlyn memisahkan Yesus itu dari Kedudukan Tuhan, dan akhirnya menghapuskan ide tentang Trinitas.
Karena pendapatnya itu Emlyn dipenjarakan. Beliau dituduh: “menulis dan
menerbitkan suatu Bible bersifat hina dengan skandal dan mengumumkan bahwa Yesus Kristus bukan Tuhan Maha Agung”. (He is writing and publishing an infamous and scandalous bible declaring that Jesus Christ is not the Supreme God).
Tetapi banyak pengagum Emlyn kemudian menyebutnya sebagai: “The Galaxy of Saints” (Bimasaktinya para Santo) demikian kata A.Wallace dalam bukunya yang berjudul: “Anti Trinitarian Biographies”.


Artikel ini menyajikan dan membuktikan bahwa karoSetan, baik Alkitabnya mau pun (spirit) umatnya selalu dipenuhi dengan kekerasan, kesadisan dan kekejian. Kemudian, dari ayat-ayat manakah dalam Alkitab yang menginspirasikan semua jidat karoSetan untuk gemar melakukan kesadisan??
Inilah beberapa ayat-ayat kekerasan yang ada dalam Alkitab. Silahkan membaca.

 http://truereligiondebate.wordpress.com/2008/03/29/the-myth-of-the-myth-of-peaceful-jesus-p-and-a-violent-muhammad-s-part-4-of-which-is-the-most-dangerous-book-on-earth-warning-not-for-weak-hearts/
Matius 10:33 Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.”
Matius 10:34 “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.
MAtius 10:35 Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya,
MAtius 10:36 dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.
==========
Lukas 19:27 Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.”
==========
Ulangan 17:5 maka engkau harus membawa laki-laki atau perempuan yang telah melakukan perbuatan jahat itu ke luar ke pintu gerbang, kemudian laki-laki atau perempuan itu harus kaulempari dengan batu sampai mati.
Ulangan 17:12 Orang yang berlaku terlalu berani dengan tidak mendengarkan perkataan imam yang berdiri di sana sebagai pelayan TUHAN, Allahmu, ataupun perkataan hakim, maka orang itu harus mati. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari antara orang Israel.
==============
2Tawarikh 15:12 Mereka mengadakan perjanjian untuk mencari TUHAN, Allah nenek moyang mereka, dengan segenap hati dan jiwa.
2Tawarikh 15:13 Setiap orang, baik anak-anak atau orang dewasa, baik laki-laki atau perempuan, yang tidak mencari TUHAN, Allah Israel, harus dihukum mati.
==============
Hosea 13:16 (14-1) Samaria harus mendapat hukuman, sebab ia memberontak terhadap Allahnya. Mereka akan tewas oleh pedang, bayi-bayinya akan diremukkan, dan perempuan-perempuannya yang mengandung akan dibelah perutnya.
==============
Yesaya 13:16 Bayi-bayi mereka akan diremukkan di depan mata mereka, rumah-rumah mereka akan dirampoki, dan isteri-isteri mereka akan ditiduri.
Yesaya 13:17 Lihat, Aku menggerakkan orang Madai melawan mereka, orang-orang yang tidak menghiraukan perak dan tidak suka kepada emas.
Yesaya 13:18 Panah-panah mereka akan menembus orang-orang muda; mereka tidak akan sayang kepada buah kandungan, dan mereka tidak menaruh kasihan kepada anak-anak.
==============
Zakaria 14:1. Sesungguhnya, akan datang hari yang ditetapkan TUHAN, maka jarahan yang dirampas dari padamu akan dibagi-bagi di tengah-tengahmu.
Zakaria 14:2 Aku akan mengumpulkan segala bangsa untuk memerangi Yerusalem; kota itu akan direbut, rumah-rumah akan dirampoki dan perempuan-perempuan akan ditiduri. Setengah dari penduduk kota itu harus pergi ke dalam pembuangan, tetapi selebihnya dari bangsa itu tidak akan dilenyapkan dari kota itu.
===============
1Samuel 15:2 Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir.
1Samuel 15:3 Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai.”
 kebiadaban Kristen selama 1000 tahun
 http://www.youtube.com/watch?v=EahKOfnRSjA

 http://wiropendekarmuslim.wordpress.com/2012/09/29/mengungkap-dan-membongkar-fakta-fakta-kebiadaban-kristen-di-seluruh-dunia/

Garrick Wirawan

Blog ini bukan untuk berdebat, tapi blog ini adalah dokumentasi bantahan atas fitnah-fitnah salibis terhadap ISLAM yang Di dokumentasi dari berbagai sumber

Labels

Online

Online

Translate

flagcounter

free counters