Tuesday, September 17, 2013
Informasi dari Garrick Wirawan
Sumber
Dalam beberapa tahun terakhir, seperti
hal di negara-negara Eropa lainnya, Islam berkembang pesat di Swedia.
Selain kedatangan imigran Muslim, juga banyak warga asli Swedia yang
memeluk Islam. Di negeri ini, nama Muhammad bahkan menjadi nama yang
paling populer, sekolah-sekolah untuk muslim mulai didirikan dan banyak
orang Swedia yang kini mulai beralih ke makanan halal.
Namun tidak semua pihak senang melihat
pertumbuhan Islam yang pesat di Swedia. Khususnya kalangan nasionalis
yang dengan segala cara mendiskreditkan Islam, terutama lewat media
massa. Mereka juga membuat propaganda-propaganda anti-Islam dan
anti-Muslim.
Ole, adalah satu orang Swedia yang masuk
Islam, dan sekarang menggunakan nama islami Umar Abdullah. Ia mulai
tertarik mempelajari Islam setelah peristiwa serangan 11 September 2001
di AS.
“Saya terkesima menyaksikan kebrutalan
serangan teroris pada 11 September 2001. Media massa berlomba-lomba
menegaskan bahwa serangan itu dilakukan oleh orang-orang Islam yang
terinspirasi dari Al-Quran. Saya jadi bertanya-tanya, buku macam apa
yang membuat orang melakukan kekerasan semacam itu,” kata Umar yang
sebelumnya seorang ateis.
Terdorong rasa ingin tahu, ia pergi ke
perpustakaan dan mencari Al-Quran. Ia membaca ayat-ayat dalam Al-Quran
yang justru membuat Umar sadar bahwa media massa telah berbohong.
“Alih-alih menemukan hasutan agar orang
melakukan kekerasan. Saya menemukan pesan cinta, perdamaian dan rahmat
dalam Al-Quran. Kalimat pertama ‘dengan nama Allah yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang’ membuktikannya,” tutur Umar.
“Saya senang telah menemukan kebenaran,
tapi pada saat yang sama saya marah karena selama bertahun-tahun saya
tertipu oleh pemberitaan media massa tentang Islam dan Muslim,”
sambungnya.
Setelah membaca isi Al-Quran, Umar lalu
mengunjungi sebuah masjid kecil di Stockholm. Di sana ia belajar agama
Islam dan di masjid itu pula ia mengucapkan dua kalimat syahadat.
Setelah menjadi seorang muslim, Umar memiliki saudara-saudara baru yang
seiman, mereka berasal dari berbagai negara dan latar belakang.
Berdasarkan pengalamannya, Umar Abdullah
berpesan agar non-Muslim jangan terlalu percaya dengan pemberitaan
negatif media massa Barat tentang Islam dan Muslim. Ia menyarankan,
untuk mengetahui kebenaran tentang Islam dan Muslim, sebaiknya seseorang
membaca sendiri isi Al-Quran.
Selain Umar, ada Cecilia, perempuan
Swedia yang mengenal Islam dari teman sekelasnya. Ceritanya berawal saat
orang tua Cecilia memaksanya untuk mengambil pelajaran tambahan bahasa
Jerman. Di kelas bahasa Jerman, Cecilia bertemu dengan seorang muslimah
asal Somalia bernama Shahrin.
Shahrin sangat menarik perhatian Cecilia,
karena gadis Somalia itu selalu terlihat sedang membaca buku. Bahkan di
jam istirahat, Cecilia melihat Shahrin tak lepas dari buka bacaan.
“Buat saya, Shahri sangat menakjubkan. Bagaimana bisa seseorang punya
minat baca yang begitu tinggi,” ujar Cecilia.
Ia lalu berkenalan dengan Shahrin dan
Cecilia baru tahu kalau Shahrin adalah seorang muslim. Ketika ditanya
mengapa Shahrin selalu membaca buku, Shahrin menjawab bahwa mencari ilmu
pengetahuan adalah kewajiban seorang muslim dan ia mencari ilmu dengan
cara banyak membaca.
Cecilia banyak berdiskusi tentang agama
dengan Shahrin, yang membuka mata Cecilia tentang ajaran Islam. Sejak
itu, Cecilia mulai bergaul dengan muslimah lainnya di sekolah. Ia banyak
bertanya tentang Islam pada teman-teman muslimnya itu.
Cecilia mengaku terpesona dengan ajaran
Islam, dengan doktrin yang sederhana dan konsep monoteisme yang
mendalam. Ia melihat agama Islam memberikan jalan keluar semua masalah
dalam kehidupan manusia.
Meski tertarik dengan Islam, Cecilia
belum berani memutuskan untuk masuk Islam. Ia melihat kecenderungan
masyarakat Swedia yang masih berprasangka buruk terhadap Islam dan
Muslim. Cecilia juga mengaku khawatir dengan reaksi orang lain jika ia
memutuskan menjadi seorang muslim.
Ketua Dewan Islam Swedia, Helena
Benaouoda mengungkapkan, secara umum minat masyarakat Swedia terhadap
Islam makin besar. “Banyak yang datang ke pusat informasi kami dan
bertanya banyak hal tentang Islam. Bahkan mereka yang menyebut diri
mereka ateis dan sedang mencari makna hidup secara spiritual, banyak
yang tertarik dengan agama Islam,” ujar Helena yang juga seorang mualaf.
Data statistik resmi pemerintah Swedia
tahun 2009 menunjukkan terdapat 400.000 Muslim di Swedia, 5000 orang
diantaranya adalah orang Swedia asli atau sekitar 5% dari total
populasi. Helena mengatakan, jumlah Muslim di negerinya kemungkinan
lebih besar dari data yang dimiliki negara. Islam sendiri mulai memiliki
kehadiran nyata di Swedia setelah adanya imigrasi dari Timur Tengah
pada awal tahun 1970.
Sebagian besar Muslim di Swedia merupakan
imigran atau keturunan dari para imigran itu sendiri. Mayoritas dari
mereka berasal dari Timur Tengah, terutama Irak dan Iran. Kelompok
Muslim terbesar kedua terdiri dari imigran atau pengungsi dari bekas
Yugoslavia, sebagian besar dari mereka juga merupakan orang Bosnia.
Pada tahun 1976, dibangunlah sebuah
masjid pertama. Untuk ukuran negara Eropa, pembangunan masjid di Swedia
ini sudah merupakan sesuatu yang bagus. Masjid pertama di Swedia adalah
Masjid Nasir Ahmadiyah di Gothenburg. Kemudian setelah itu dibangunlah
Masjid Malmö (1984), diikuti oleh Masjid Uppsala (1995). Lebih banyak
masjid dibangun pada tahun 2000-an, termasuk Masjid Stockholm (2000),
Masjid Umeå (2006) dan Masjid Fittja (selesai 2007).
Pada tahun 2000, diperkirakan Muslim
Swedia hanya berjumlah sekitar 300.000 atau 3,5% dari total penduduk. Di
negara ini, Muslim disebut juga sebagai istilah “etnis Muslim” yang
ditujukan kepada seseorang yang “memiliki hubungan kelahiran, asal, dan
nama yang termasuk dalam tradisi Muslim.” Di antara jumlah itu, sekitar
100.000 adalah generasi kedua imigran (lahir di Swedia atau berimigrasi
sebagai anak-anak).
Pada tahun 2009, jumlah ini telah
berkembang menjadi 500.000, atau sekitar 5% diperkirakan dari total
penduduk. Juga pada tahun 2009, Dewan Muslim Swedia melaporkan 106.327
anggota yang terdaftar.
Sumber
Labels:Informasi,Kisah Mualaf
Garrick Wirawan
Blog ini bukan untuk berdebat, tapi blog ini adalah dokumentasi bantahan atas fitnah-fitnah salibis terhadap ISLAM yang Di dokumentasi dari berbagai sumber
Facebook Garrick
Labels
- Hot News (11)
- Informasi (107)
- Kisah Mualaf (32)
- Menjawab Fitnah (46)
Online
Online
Translate
My Blog List
Blog Archive
-
▼
2013
(164)
-
▼
September
(115)
-
▼
Sep 17
(31)
- Menjawab tuduhan Soal Allah Berkuasa Menyesatkan M...
- Keluarga Keturunan Tionghoa di Indonesia Kian Terb...
- Mantan Pendeta : Dr Yahya Yopie Waloni Mendapat Hi...
- Muhammad Syafii Antonio,MSc Masuk Islam, Saya Diku...
- Bernard Nababan mantan Pendeta : Ragu pada isi Alk...
- Irene Handono: Menyaksikan ‘Film’ Dirinya Saat Mas...
- Yeanny Suryadi, Mengenal Islam dari Balik Pagar
- Aria Desti Kristiana, Kenapa Tuhan Harus Disalib?
- Rebecca Reijman: Masuk Islam Setelah Mendengar Aya...
- Lidya Pratiwi, Jadi Mu’allaf Setelah Mimpi Ka’bah
- Natalie Sarah: Hidayat Al Fatihah
- Jamilah Kolocotronis, Berusaha Murtadkan Muslim, A...
- Thomas Webber: Masuk Islam Ketika Islam Dituduh Ag...
- Islam di Swedia: Minat Masyarakat Terhadap Islam S...
- Maraknya Siswa Bule Masuk Islam di Sekolah Inggris
- Kisah Nyata: Ketegaran Bara’ah, Gadis Cilik Pengha...
- Rabbi Israel Stress, Banyak Remaja Yahudi Masuk Islam
- Anton Medan : Menemukan Hidayah Di Penjara
- Yudi Mulyana Mantan Pendeta Militan Cirebon
- Dian Sastrowardoyo : Dari hatiku sendiri
- Robin Padilla (Aktor Filipina) : Dari Dunia Gemerl...
- El Manik : Banyak Umat Islam Perlu Di Islamkan Lagi
- Kisah Mualaf Yang Membuat Para Muslim Menjadi Malu
- Cindy Claudia Harahap Hidayah Dari Bulan dan Bintang
- Balada Muhammad Mu'min Mencari Tuhan
- Koko liem Sang Pengembara
- Markus Sang Muallaf Sejak Kecil Sering ke Mesjid
- Thufail al Ghifari Mengenal Islam Melalui Musik Un...
- Papah, Mamah, Rio Tunggu di Pintu Surga
- Islam,menjawab berbagai pertanyaan dan ketidakpast...
- Apakah Nabi Muhammad saw sunat?
-
▼
Sep 17
(31)
-
▼
September
(115)