Tuesday, September 17, 2013
Informasi dari Garrick Wirawan
Sumber
Serangan
11 September 2001 lalu menjadi titik awal perang AS melawan teror di
bumi-bumi Muslim. Invasi AS ke Irak dan Afghanistan membuat dunia
percaya bahwa Islam dan Muslim identik dengan kekerasan dan terorisme.
Tapi kampanye-kampanye negatif tentang
Islam dan Muslim yang demikian gencar justru membuat banyak non-Muslim
di Barat yang tertarik mempelajari Islam dan tak sedikit diantara mereka
yang akhirnya memilih menjadi seorang Muslim. Mereka berani mengucap
dua kalimat syahadat karena yakin Islam sebenarnya adalah agama yang
paling sempurna dan mengajarkan perdamaian.
Thomas Webber seorang pemuda Inggris,
adalah salah satu orang yang tidak percaya begitu saja dengan kampanye
hitam terhadap Islam yang dilakukan dunia Barat. Terlahir dari keluarga
Kristen, Webber dan saudara-saudara kandungnya; satu orang kakak lelaki
dan dua adik perempuan kembar, diwajibkan ikut sekolah Minggu oleh
ibunya.
Sejak kecil, Webber memang sudah dikenal
cerdas. Apa yang diajarkan di sekolah Minggu membuat Webber kecil
bertanya-tanya, mengapa Tuhan yang ia kenal penuh cinta kasih dan
memiliki kekuatan seperti keyakinan dalam Kristen, harus membunuh
anaknya untuk menanggung beban dosa-dosa manusia?. Webber berpikir
ajaran itu tidak masuk akal.
Waktu terus berjalan, Webber pun beranjak
remaja. Pada masa ini, Webber tidak lagi terlalu memikirkan konsep
ketuhanan. Bagi Webber, hari-hari besar keagamaan adalah hari libur
dimana ia bisa santai atau saatnya bagi-bagi hadiah. Dia memandang
orang-orang yang percaya pada agama adalah orang-orang yang cara
berpikirnya lemah atau bodoh, karena mereka tidak bisa membuktikan
ajaran agama mereka seperti pembuktian dalam ilmu pengetahuan yang ia
pelajari di sekolah.
Di ulangtahunnya yang ke-13, terjadi
perubahan dalam diri Webber. Ia merasa mulai peduli lagi pada agama.
Tapi bukan dalam artian ia kembali menjadi penganut Kristen yang
religius. Tapi hanya meyakini bahwa ada satu kekuatan atas segala
sesuatu yang ia tidak mampu melakukannya.
Webber pun mulai mempelajari
bermacam-macam agama, kecuali Islam. Agama-agama yang ia pelajari
membuatnya berpikir bahwa semua agama itu bertujuan untuk membuat orang
menjadi lebi bermoral. Webber merasa masih ada sesuatu yang kurang dari
beragam agama yang sudah ia pelajari. Pencarian atas kebutuhan jiwanya
yang belum terpenuhi itupun terus ia lanjutkan.
Menemukan Kebenaran Islam
Tahun 2001, terjadilah serangan 11 September ke gedung kembar World Trade Center
di New York yang membuatnya hampir tak percaya menyaksikan tragedi itu.
Namun ramainya pemberitaan tentang peristiwa kelabu itu sama sekali
tidak terlalu mempengaruhi kehidupannya.
Perhatiannya mulai terusik ketika
laporan-laporan tentang serangan itu mulai menyebut-sebut tentang
teroris Islam, tindakan balasan terhadap Muslim dan dilanjutkan dengan
laporan-laporan tentang serangan ke Afghanistan lalu ke Irak. Webber
mulai mempertanyakan semua itu dan tergerak untuk mencari kebenaran
tentang Islam.
“Saya tidak begitu saja percaya bahwa
orang-orang Islam bisa menjadi teroris yang hanya bisa membunuh dan
menimbulkan kebencian. Bagi saya itu sangat aneh, sehingga saya
mengabaikannya. Tapi mungkin ini adalah saat ketika saya untuk pertama
kalinya benar-benar merasa ingin untuk belajar agama,” kata Webber.
Di tahun keenam masa kuliahnya, Webber
berkenalan dengan seorang Muslim. Dari sahabat Muslimnya itulah Webber
menemukan bukti yang jelas dan nyata bahwa orang-orang Muslim adalah
seperti penganut-penganut agama lain pada umumnya, dan bukan orang-orang
yang brengsek dan hanya bisa melakukan kekerasan.
Sejak itu, Webber mulai serius belajar
Islam. Ia diam-diam menggali berbagai informasi tentang Islam dari
internet. Ia melakukannya saat sedang seorang diri, karena Webber
mengaku belum siap jika ada orang yang melihatnya atau berpikir Webber
sedang mempertimbangkan masuk agama tertentu, apalagi memilih agama
Islam. Tapi Webber meyakini apa yang ia baca tentang Islam, meski ia
sedikit mengalami kebingungan yang membuat perjalanannya menuju Islam
agak tersendat.
Pada suatu saat di Musim Panas, Webber
merasa bahwa ia sudah hampir mantap untuk memilih Islam, meski masih
banyak pertanyaan-pertanyaan yang berseliweran di kepalanya dan ia tidak
punya tempat untuk bertanya. Untunglah sahabat Muslimnya menelponnya
dan butuh berjam-jam buat Webber untuk mengatakan bahwa ia butuh bantuan
sahabatnya itu.
Akhirnya, Webber berani mengatakan bahwa
ia masih bingung tentang agama. Saat itu Webber masih belum mau
mengatakan bahwa ia ingin masuk Islam sampai ia benar-benar yakin bahwa
ia harus menjadi seorang Muslim.
Kesempatan itu akhirnya datang juga. Di
ulangtahunnya yang ke-20 Webber memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat
syahadat, beberapa hari sebelum ia berangkat ke London untuk menghadiri
Konferensi ”Global Peace and Unity”.
”Malamnya, saya berusaha tidur tapi yang
terdengar di telinga saya hanya suara adzan. Itulah saat-saat terindah
yang pernah saya rasakan,” tukas Webber menceritakan betapa gelisahnya
ia menunggu detik-detik bersejarah dalam hidupnya, mengucapkan dua
kalimat syahadat.
Setelah menjadi seorang Muslim, Webber
masih harus berjuang keras agar ia bisa diterima oleh keluarganya.
Perjuangannya tak sia-sia, karena keluarga sekarang sudah menerimanya
menjadi seorang Muslim. Tapi perjalanan Webber sebagai mualaf masih
panjang.
”Sekarang saya masih belajar hadist dan al-Quran, dan juga hal-hal lainnya tentang Islam,” tandas Webber.Sumber
Labels:Kisah Mualaf
Garrick Wirawan
Blog ini bukan untuk berdebat, tapi blog ini adalah dokumentasi bantahan atas fitnah-fitnah salibis terhadap ISLAM yang Di dokumentasi dari berbagai sumber
Facebook Garrick
Labels
- Hot News (11)
- Informasi (107)
- Kisah Mualaf (32)
- Menjawab Fitnah (46)
Online
Online
Translate
My Blog List
Blog Archive
-
▼
2013
(164)
-
▼
September
(115)
-
▼
Sep 17
(31)
- Menjawab tuduhan Soal Allah Berkuasa Menyesatkan M...
- Keluarga Keturunan Tionghoa di Indonesia Kian Terb...
- Mantan Pendeta : Dr Yahya Yopie Waloni Mendapat Hi...
- Muhammad Syafii Antonio,MSc Masuk Islam, Saya Diku...
- Bernard Nababan mantan Pendeta : Ragu pada isi Alk...
- Irene Handono: Menyaksikan ‘Film’ Dirinya Saat Mas...
- Yeanny Suryadi, Mengenal Islam dari Balik Pagar
- Aria Desti Kristiana, Kenapa Tuhan Harus Disalib?
- Rebecca Reijman: Masuk Islam Setelah Mendengar Aya...
- Lidya Pratiwi, Jadi Mu’allaf Setelah Mimpi Ka’bah
- Natalie Sarah: Hidayat Al Fatihah
- Jamilah Kolocotronis, Berusaha Murtadkan Muslim, A...
- Thomas Webber: Masuk Islam Ketika Islam Dituduh Ag...
- Islam di Swedia: Minat Masyarakat Terhadap Islam S...
- Maraknya Siswa Bule Masuk Islam di Sekolah Inggris
- Kisah Nyata: Ketegaran Bara’ah, Gadis Cilik Pengha...
- Rabbi Israel Stress, Banyak Remaja Yahudi Masuk Islam
- Anton Medan : Menemukan Hidayah Di Penjara
- Yudi Mulyana Mantan Pendeta Militan Cirebon
- Dian Sastrowardoyo : Dari hatiku sendiri
- Robin Padilla (Aktor Filipina) : Dari Dunia Gemerl...
- El Manik : Banyak Umat Islam Perlu Di Islamkan Lagi
- Kisah Mualaf Yang Membuat Para Muslim Menjadi Malu
- Cindy Claudia Harahap Hidayah Dari Bulan dan Bintang
- Balada Muhammad Mu'min Mencari Tuhan
- Koko liem Sang Pengembara
- Markus Sang Muallaf Sejak Kecil Sering ke Mesjid
- Thufail al Ghifari Mengenal Islam Melalui Musik Un...
- Papah, Mamah, Rio Tunggu di Pintu Surga
- Islam,menjawab berbagai pertanyaan dan ketidakpast...
- Apakah Nabi Muhammad saw sunat?
-
▼
Sep 17
(31)
-
▼
September
(115)